Bayi dan Anak-anak Tak Akan Dapatkan Vaksin Covid-19? Mengapa?
Anak-anak, yang jarang memiliki gejala virus corona parah, belum diuji untuk vaksin virus corona eksperimental.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - Kabar vaksin Covid-19 akan hadir sebentar lagi di Indonesia rupanya telah tersebar ke seantero Tanah Air.
Dikabarkan, sekitar 30 juta vaksin Covid-19 dari luar negeri akan didatangkan dalam waktu dekat.
Bahkan, 6,5 juta vaksin Covid-19 tersebut mulai disuntikkan sejak awal November 2020 mendatang.
Kendati demikian, perlu dicatat, vaksin Covid-19, seperti Cansino, Sinopharm (G42), dan Sinovac, tidak diperuntukkan bagi seluruh kalangan masyarakat.
Ada golongan tertentu yang nantinya tidak akan mendapatkan vaksin Covid-19, yaitu bayi dan anak-anak.
Baca juga: Update Corona 17 Oktober WNI di Luar Negeri: 1.644 Positif, 1.162 Sembuh, 150 Meninggal Dunia
Baca juga: Survei KedaiKopi: 70,7 Persen Responden Optimis Vaksin Merah Putih Atasi Covid-19
Mengapa?
Dikutip dari Reuters, Rabu (14/10/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengatakan bahwa vaksin Covid-19 mungkin awalnya tidak direkomendasikan untuk anak-anak, ketika tersedia.
Anak-anak, yang jarang memiliki gejala virus corona parah, belum diuji untuk vaksin virus corona eksperimental.
CDC mengatakan sejauh ini uji klinis awal hanya mencakup orang dewasa yang tidak hamil, mencatat kelompok yang direkomendasikan dapat berubah di masa depan karena uji klinis berkembang untuk merekrut lebih banyak orang.
CDC juga mengatakan, vaksin virus Covid-19 apa pun, setidaknya pada awalnya, akan digunakan di bawah otorisasi penggunaan darurat Food and Drug Administration (FDA), dan bahwa mungkin ada pasokan vaksin terbatas sebelum akhir tahun 2020.
Jika pasokan terbatas, beberapa kelompok mungkin disarankan untuk mendapatkan vaksin Covid-19 terlebih dahulu.
Vaksin Covid-19 harus diluncurkan dalam empat fase, dengan pasokan awal diberikan kepada petugas kesehatan, pekerja di garis depan dan orang tua.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan negara-negara agar tidak mengamankan dosis vaksin untuk warganya sendiri seperti yang telah dilakukan AS dan China.
Hal itu disebut sebagai nasionalisme vaksin. (*)