Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Nakes RSJ di Palembang Rawat Pasien ODGJ yang Juga Terpapar Covid-19

Awalnya RS Erba hanya menyediakan beberapa tempat tidur dalam satu ruangan bagi pasien yang suspect atau diduga Covid-19.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Cerita Nakes RSJ di Palembang Rawat Pasien ODGJ yang Juga Terpapar Covid-19
Maya Citra Rosa/Sripoku.com
Kepala Ruang Kenanga Khusus Covid-19 RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumsel, Rita Apriani, S.Kep, Ners. 

Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Keganasan virus corona tidak pandang bulu, semua orang bisa ditularinya.

Tidak hanya masyarakat biasa, Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) juga berisiko tertular Covid-19.

RS Ernaldi Bahar (Erba) Provinsi Sumsel sudah menyiagakan ruang khusus bagi pasien yang diduga maupun positif Covid-19, dengan catatan sejak bulan September 2020, ada tiga pasien ODGJ yang terpapar Covid-19.

Lalu pertanyaannya, bagaimana penanganan bagi pasien ODGJ yang juga terpapar Covid-19?

Kepala Ruang Kenanga Khusus Covid-19 RS Erba, Rita Apriani, S.Kep, Ners menceritakan pengalamannya selama merawat pasien ODGJ yang juga dinyatakan konfirmasi Covid-19.

Baca juga: Bersama Menteri Terawan, Wapres Maruf Amin Cek Kesiapan Vaksinasi Covid-19 di Cikarang

Dimana tugasnya sebagai perawat yang menjadi dua kali lipat, tidak hanya merawat jiwa, namun juga harus menangani Covid-19 yang diderita pasien ODGJ tersebut.

Berita Rekomendasi

"Double jadi pekerjaannya ya, tidak hanya merawat jiwa, sekarang kita juga harus merawat Covid-19," ujarnya.

Pada Bulan April 2020, awalnya RS Erba hanya menyediakan beberapa tempat tidur dalam satu ruangan bagi pasien yang suspect atau diduga Covid-19.

Tetapi, setelah makin banyaknya pasien yang menjalani perawatan, dan antisipasi bagi pasien yang terpapar, RS Erba menambah 10 tempat tidur dan mengalihfungsikan Ruang Kenanga sebagai ruang khusus penanganan pasien ODGJ yang terpapar Covid-19.

Baca juga: 97 RS Rujukan Covid-19 di Jakarta Mulai Penuh, Dampak Libur Panjang Akhir Oktober

Saat ada satu pasien ODGJ dinyatakan konfirmasi Covid-19, dan harus menjalani perawatan di RS Erba, Rita mengaku awalnya sedikit kebingungan dalam melakukan penanganan.

Hal ini karena merawat ODGJ saja sudah benar-benar harus memiliki keahlian khusus, kemudian ditambah dengan kondisi pasien yang menderita Covid-19.

Oleh karena itu, perawatan yang ekstra harus dilakukan para tenaga medis, baik dokter dan perawat bagi pasien ODGJ yang positif Covid-19 tersebut.

Baca juga: Atletico Madrid Vs Barcelona, Suarez Batal Reuni dengan Messi Karena Hasil Tes Masih Positif Covid

"Awalnya agak bingung tentu, kita tau sendiri bahwa merawat ODGJ harus punya keahlian khusus, bukan hanya merawat jiwanya saja, tapi ditambah dengan kondisi pasien terpapar Covid-19, yang mengharuskan pasien diisolasi mandiri, yang pasti perawatannya lebih ekstra," ujarnya, saat ditemui Rabu (18/11/2020).

Menurutnya, pasien ODGJ yang terpapar harus menjalani isolasi mandiri, seringkali pasien mengalami kebosanan saat sendirian.

Sehingga yang terkadang menyulitkan adalah ketika pasien tersebut dalam keadaan tidak tenang, gelisah dan mengamuk.

Dokter dan perawat harus ekstra memberikan obat-obatan dan berusaha untuk membuat pasien tersebut tidak mengamuk kembali.

"Karena dia diisolasi di ruangan tersendiri, tidak boleh keluar sampai dia benar-benar negatif, tidak ada teman tentu mengalami kebosanan, dan ada yang sampai mengamuk," ujarnya.

Selain itu, protokol kesehatan yang mengharuskan petugas medis menggunakan pakaian hazmat lengkap, ada waktu tertentu bagi perawat untuk mendatangi pasien ODGJ yang konfirmasi Covid-19.

Dalam satu hari, perawat dan dokter paling tidak harus menggunakan hazmat lengkap sebanyak tiga kali, yaitu pagi, siang dan malam, belum lagi jika pasien dalam keadaan tidak tenang, Rita harus sigap menangani pasien tersebut.

"Kita kolaborasi dengan dokter mengobati jiwanya terlebih dahulu, jika jiwanya sudah tenang maka pengobatan Covid-19 jadi lebbih mudah, kita juga pantau melalui cctv," ujarnya.

Menurut wanita kelahiran Prabumulih, 30 April 1982 ini, pasien ODGJ yang menderita Covid-19 di RS Erba masih dalam usia produktif, rentan umur 30 tahun ke atas, juga ada pasien yang bergejala dan tidak bergejala.

"Waktu itu ada pasien yang bergejala, dia demam, sakit tenggorokan, batuk karena ada komorbid, juga ada yang tidak bergejala," ujarnya.

Namun merawat pasien ODGJ ditambah dengan Covid-19 tidak selalu menyulitkan, saat pasien sudah tenang, biasanya akan mudah untuk diajak berbicara dan diarahkan dalam perawatannya.

Saat ini tersisa hanya satu pasien ODGJ yang konfirmasi Covid-19 masih dirawat di Ruang Kenanga, pasien lainnya sudah melakukan perawatan seperti biasa.

"Tinggal satu pasien lagi yang melakukan isolasi mandiri, kondisinya baik, beberapa hari lagi sudah bisa masuk ke perawatan biasa," ujarnya.

Meskipun pandemi belum juga usai, Rita berharap agar ODGJ mendapatkan perhatian penuh, baik dari keluarga maupun orang sekitarnya, karena termasuk dalam orang-orang yang rentan tertular Covid-19.

"Termasuk rentan tertular, karena ODGJ itu kan ketika dia sakit tidak mengeluh, jadi harus ada perhatian khusus terutama dari keluarga," ujarnya. (*)

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Kisah Haru Perawat RS Ernaldi Bahar Sumsel, Rawat ODGJ yang Terpapar Covid-19 : Double Pekerjaan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas