Sekolah Tatap Muka Dibolehkan, Orang Tua Harus Ingat Pesan Ibu Untuk Cegah Penularan Covid-19
Prof Arief Rachman memberikan saran untuk orangtua agar mempersiapkan anak-anaknya yang akan mulai kembali sekolah tatap muka.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah sekian lama menjalani kegiatan pembelajaran secara daring (online) akibat pandemi Covid-19, siswa kini diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Pakar dan Praktisi Pendidikan, Prof Arief Rachman memberikan saran untuk orangtua agar mempersiapkan anak-anaknya yang akan mulai kembali sekolah tatap muka.
Pesan ibu untuk patuh protokol kesehatan 3 M, Memakai Masker, menjaga jarak, mencuci tangan harus ditanamkan kepada anak-anak guna mencegah penularan virus corona di sekolah.
Bukan hanya itu, dia berpesan, agar orangtua membekali anak-anaknya dengan masker, menyiapkan tempat cuci tangan atau hand sanitizer, dan makanan dari rumah.
“Saya hanya berpesan kepada semua orangtua ingat pesan ibu itu betul, yakni orang tua harus membekali anak-anak untuk pakai masker, adanya tempat cuci tangan. Kalau memang harus ke sekolah, makanan jangan dari kantin, tapi bawa sendiri dari rumah,” ujar Arief Rachman dalam diskusi ‘Sekolah Dibuka Lagi, apa yang haru Dipersiapkan,’ seperti disiarkan langsung di akun Instagram Katadata, Jumat (11/12/2020).
Pendiri dan pembina Sekolah Menengah Garuda Cendikia tersebut pun mengingatkan agar alat-alat tulis disiapkan lengkap dari rumah, sehingga tidak terjadi pinjam meminjam atau sentuhan fisik satu dengan yang lain.
“Orangtua harus melihat alat tulis anaknya sudah lengkap atau tidak,” ucapnya.
Kemudian kata dia, sebisa mungkin anak-anak diantar dengan mamakai kendaraan pribadi ke sekolah oleh orangtua atau anggota keluarga yang lain.
Baca juga: Update Corona 11 Desember: Bertambah 6.310, Total Kasus Positif Covid-19 di Indonesia 605.243
“Kalau bisa antar jemput itu oleh orang tua atau oleh supir yang pakai masker juga seperti pesan Ibu. Semuanya harus ingat kepada pesan ke ibu,” ujarnya.
Namun, ia tetap meminta pemerintah tidak terlalu tergesa-gesa untuk mulai melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah, di saat pandemi Covid-19 masih belum hilang dari tanah air.
“Jangan tergesa-gesa. Semua itu harus ada informasi harus mempunyai data daerah-daerah sekolah berada dan murid-murid tinggal di daerah hijau, merah atau hampir hitam,” ujarnya.
“Terus terang saja itu harus diketahui persis jika Januari mau ditetapkan. Saya mau bertanya sekolah mana yang mau dibuka? Jadi kita harus tahu dan harus detil,” ucap Arief.
Karena menurut dia, tidak gampang untuk bisa memberikan jaminan 100 persen sekolah dapat menerapkan protokol kesehatan kepada anak-anak.
Baca juga: Kemenristek: Indonesia Sebentar Lagi Punya Alat Deteksi Covid-19 Melalui Napas
Para guru juga akan sangat kesulitan terus memantau semua anak didiknya satu per satu untuk mematuhi protokol kesehatan, apalagi di saat waktu istirahat bermain-main dengan teman-temannya.
“Bagaimana, apakah sekolah bisa menjamin menjalankan protokol kesehatan? Beberapa saat yang lalu kan ada pertemuan yang panitianya, ketua panitianya, sekretarisnya tidak bisa mengendalikan yang diundang,” jelasnya.
Karena itu dia menilai pemerintah tidak perlu tergesa-gesa untuk kembali membuka sekolah tatap muka di tengah pandemi yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan usai.
Bagi dia, kesehatan adalah hal pertama dan utama dibanding pendidikan, ketika dunia masih dalam pandemi.
“Bagi saya yang ahli pendidikan dan dulu pernah jadi kepala sekolah, pernah menjadi dosen, saya melihat pendidikan ini nomor dua. Sekarang nomor satu itu adalah kesehatan. Nomor dua baru pendidikan. Nomor satu kesehatan,“ ujarnya.
Baca juga: Bamsoet: Herbal Anti Covid-19 Indonesia Tidak Kalah dari Herbal Cina dan Ginseng Korea
Untuk itu dia menilai belajar secara daring (online) masih menjadi solusi sementara di tengah pandemi untuk diterapkan.
Lebih jauh dia menjelaskan, jika memang harus membuka kembali sekolah tatap muka, maka pemerintah harus mengikutsertakan Komisi Perlindungan Anak Indonesia untuk memberikan masukan dan data lengkap mengenai jumlah anak-anak dan daerah tinggal mereka.
“Pemerintah juga harus bekerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, mengikutsertakannya dalam hal ini, harus punya data yang lengkap tentang satu daerah. Kemudian jumlah anaknya, dan terakhir anak-anak itu datang dari daerah mana,” jelas Arief.
Kalau Pemerintah memutuskan Januari mendatang, maka dia mendesak protokol kesehatan benar-benar diterapkan di semua sekolah.
Seperti diketahui, saat ini Pemerintah lewat Satgas Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M.
Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia. Sehingga pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.
Catatan Redaksi:
Bersama-kita lawan virus corona.
Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.
Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).