Ada Mutasi Virus Corona, Epidemiolog: Batasi Pergerakan dan Tetap Terapkan 3M
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menjelaskan, mutasi pada virus merupakan hal yang biasa atau lumrah.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kehadiran mutasi baru Covid-19 di Inggris menghebohkan dunia.
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menjelaskan, mutasi pada virus merupakan hal yang biasa atau lumrah.
Bahkan, pada virus menyebab Covid-19 di dunia sendiri telah bermutasi ribuan kali.
Ia mengatakan, virus corona memiliki materi genetik RNA yang mudah sekali bermutasi. Virus layaknya juga mahluk hidup lain juga melakukan evolusi melalui mutasi.
"Jadi itu biasa virus SAR COV-2 yang menyebabkan Covid-19 mutasi. Tidak terlalu mengejutkan, karena train virus corona banyak sekali. Di Indonesia misalnya varian virusnya berbeda dengan negara lain," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (25/12/2020).
Baca juga: Strain Baru Covid-19, Mutasi Virus Corona yang Pertama Kali Ditemukan di Inggris, Apa Gejalanya?
Baca juga: Penjelasan Medis Tentang Ruam Kulit pada Pasien Covid-19 Seperti yang Dialami Dewi Perssik
Meski demikian, semua orang tetap harus waspada pada setiap mutasi virus corona yang dikhawatikan menghasilkan karakteristik baru seperti virus yang lebih ganas atau lebih mematikan.
"Sekedar mutasi yang tidak mengubah karakteristik itu tidak apa-apa. Mutasi yang dikhawatirkan apabila virus yang lebih mematikan," jelas dia.
Untuk itu, Windhu pun mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan 3M ketat dan displin.
"Virus corona ini menular melalui droplet. Menjaga jarak agar tidak berdekatan. Orang harus memahami cara penularannya yakni melalui pergerakan-pergerakan manusia coronavirus yang dibawa oleh manusia yang bergerak untuk berinteraksi, yakni membatasi pergerakan orang keluar masuk terutama orang-orang yang berasal dari daerah yang sangat berisiko tinggi," ungkapnya.