Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Efikasi Tinggi pada Vaksin Belum Tentu Lebih Baik, Antibodi Alami Menentukan

Keamanannya pasti sudah teruji karena bila tidak aman, tidak akan masuk uji klinis ke fase berikutnya

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Efikasi Tinggi pada Vaksin Belum Tentu Lebih Baik, Antibodi Alami Menentukan
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Petugas kesehatan Puskesmas dibantu petugas kepolisian mengambil Vaksin Covid-19 Sinovac saat didistribusikan di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jalan Supratman, Jawa Barat, Rabu (13/1/2021). Dinas Kesehatan Kota Bandung mendistribusikan 25 ribu dosis vaksin Covid-19 Sinovac ke 80 puskesmas, 34 rumah sakit serta klinik-klinik di Kota Bandung untuk kebutuhan vaksinasi tahap pertama bagi tenaga kesehatan. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) *** Local Caption *** Pendistribusian Vaksin Covid-19 Sinovac di Instalasi Farmasi Kota Bandung 

Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Tidak sedikit masyarakat yang masih ragu untuk divaksinasi bila vaksinnya jenis Sinovac.

Kalaupun ingin divaksinasi memilih vaksin  Pfizer, Moderna yang memiliki efikasi diatas 90 persen.

BPOM umumkan hasil uji klinis Sinovac, memiliki efikasi 65,3 persen.

Hal inilah yang membuat pandangan miring sebagian masyarakat terhadap vaksin Sinovac.

Padahal vaksin ini juga yang disuntikan ke Presiden RI Joko Widodo, Rabu (13/1/2021), dan juga terhadap hampir 2 juta tenaga kesehatan mulai 3 bulan kedepan.

“Gimana ya supaya dapat vaksinnya yang Pfizer saja, jangan yang Sinovac, kan kalau Pfizer efikasinya diatas 90 persen, “ kata Resti dalam sebuah perbincangan.

Berita Rekomendasi

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes DR. Dr. Indra Wijaya, Sp.PD-KEMD, M.Kes, FINASIM mengatakan, seharusnya masyarakat menepis keraguan tersebut.

Baca juga: Raffi Ajak Masyarakat Tidak Usah Takut Lakukan Vaksinasi

Pasalnya semua vaksin sudah aman dan efikasi Sinovac yang 65,3 persen juga sudah diatas syarat badan kesehatan dunia WHO yang mensyaratkan 50  persen.

Seluruh vaksin yang siap didistribusikan ke masyarakat telah melewati perjalanan yang panjang dan rumit.

Keamanannya pasti sudah teruji karena bila tidak aman, tidak akan masuk uji klinis  ke fase berikutnya.  

Vaksin Covid-19 yang sudah dikembangkan ada 200 jenis di seluruh dunia, tapi tidak semua masuk ke fase2 dan 3.


“Dari sekitar 200 vaksin, hanya 40 vaksin yang masuk fase 2 dan 3.

Bahkan  dari jumlah itu tinggal 20 yang masuk final testing dan dari 20 tinggal 7-10 yang sudah memiliki  izin penggunaan darurat atau emergency use authorization dan salah satunya Sinovac,” papar dr Indra saat  talkshow dari Eka Hospital dengan tema ‘mengenal vaksin virus corona’, Rabu (1/1/2021).

Pemerintah sendiri sudah memprogram ada 7 vaksin yang digunakan.

Pemilihan jenis vaksin tersebut atas pertimbangan efikasi, cost, dan ketersediaan di dunia.

Baca juga: Sebagai Ikhtiar, Hengky Kurniawan Sebut Keluarganya Siap Ikut Vaksinasi Covid-19

“Syarat WHO, efikasi vaksin 50 persen bukan berarti 65,3 persen jelek, itu sudah memenuhi syarat.

Dengan uji keamanan dilakukan juga  di Turki, Brazil,” katanya.

Selain itu Sinovac ini juga sudah berpengalaman mengembangkan virus, penyimpanannya mudah hanya perlu suhu 2-8 derajat celcius atau suhu kulkas.

Di mana lebih mudah dibuat distribusinya mengingat kondisi Indonesia dengan penduduk 269 juta dan negara kepulauan.

Tiga Bulan Masih Tinggi

Setiap orang yang divaksin butuh dua dosis.

Suntikan pertama (0 hari) lalu disuntikan lagi pada hari ke 14.

Cara kerjanya menurut dokter Indra, suntikan pertama, tubuh akan mengenali dan membentuk antibody.

Divaksinasi kedua untuk menguatkan.

Sejak vaksinasi pertama sudah tinggi antibodinya bahkan sudah mencapai 90 persen.

Ketika dilakukan pengulangan vaksinasi kedua, dalam 3 bulan pertama masih  mencapai 99 persen. Masih optimal sebagai pencegahan penularan Covid-19.

Baca juga: Surabaya Dinilai Bisa Berakhir Jadi Wuhan karena Warga Tak Patuh Protokol Kesehatan Cegah Covid19

“Vaksin ini kan masih terus diteliti, bisa 6 bulan atau 1 tahun masih terus dipantau. Apakah bisa seperti vaksin influenza yang masih tinggi selama setahun atau bagaimana, masih dipantau,” katanya.

Namun kekhawatiran terjadinya mutasi virus dan mempengaruhi vaksin, sejauh ini, mutasi hanya terjadi di  bagian protein S (bagian tanduk virus) bukan di inti protein virus sehingga sejauh ini vaksin yang ada masih bisa digunakan walaupun dengan  virus yang bermutasi.

Dokter Indra menyebutkan, efek samping dari data Sinovac kejadian berat hanya 0,1-1 persen dari kejadian.

Paling banyak efek samping adalah sakit bekas suntikan. Sedangkan vaksin dari Amerika, Pfizer yang memiliki efikasi 95 persen menunjukan efek samping 1,5 persen, dan Moderna 4,1  persen.

“Bukan berarti efikasi tinggi lebih bagus. Begitu masuk ke tubuh kita, sebagus-bagusnya vaksin bila antibodinya memble (lemah, Red) tidak terbentuk antibody juga,” katanya.

Sehingga yang harus disiapkan masyarakat  adalah menyiapkan agar  tubuh punya kekebalan tubuh alami yang baik.

 Efikasi itu menunjukan bila ada 100 orang yang divaksinasi, bila dikatakan 65,3 persen artinya sekitar 35 persen ada gejala ringan, sisanya tidak ada gejala.

Cara meningkatkan daya tahan tubuh atau antibody yang tinggi alami dengan menjalani hidup sehat, pola makan seimbang, istirahat cukup, minum cukup, menghindari stress dan olahraga.

Dokter Indra berharap, masyarakat bisa menerima apapun jenis vaksin yang akan diterimanya.

Saat ini yang sudah didapat vaksin jenis Sinovac dengan efikasi 65,3 persen.

“Kalau pilih-pilih, mau nunggu yang efikasinya 95 persen, memang ada jaminan sebelum vaksin itu sampai kita belum tertular?

Kalau sudah divaksin kan sudah sedikit lega karena kalau pun terkena gejalanya jauh lebih ringan,” ujarnya.

Dengan  permintaan global yang terus meningkat sementara pasokan terbatas.

Rencananya pemerintah baru mendapat jenis vaksin Pfizer secara massal pada kuartal ketiga.

“Nggak usah dipikir jenis apa vaksinnya. Mana yang dulu saja, kalau sudah dapat jadwal segera lakukan.

Kalau menunggu-nunggu, kalau kebagian kalau tidak? Karena saat ini pandemic, vaksin jadi barang ‘rebutan’. Terpenting tujuannya ikhtiar,” katanya.  

Bila vaksinasi mencakup 60-80 persen akan terbentuk herd immunity sehingga diharapkan pandemi akan selesai. (lis)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas