Efikasi Tinggi pada Vaksin Belum Tentu Lebih Baik, Antibodi Alami Menentukan
Keamanannya pasti sudah teruji karena bila tidak aman, tidak akan masuk uji klinis ke fase berikutnya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Wartakotalive.com, Lilis Setyaningsih
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –Tidak sedikit masyarakat yang masih ragu untuk divaksinasi bila vaksinnya jenis Sinovac.
Kalaupun ingin divaksinasi memilih vaksin Pfizer, Moderna yang memiliki efikasi diatas 90 persen.
BPOM umumkan hasil uji klinis Sinovac, memiliki efikasi 65,3 persen.
Hal inilah yang membuat pandangan miring sebagian masyarakat terhadap vaksin Sinovac.
Padahal vaksin ini juga yang disuntikan ke Presiden RI Joko Widodo, Rabu (13/1/2021), dan juga terhadap hampir 2 juta tenaga kesehatan mulai 3 bulan kedepan.
“Gimana ya supaya dapat vaksinnya yang Pfizer saja, jangan yang Sinovac, kan kalau Pfizer efikasinya diatas 90 persen, “ kata Resti dalam sebuah perbincangan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes DR. Dr. Indra Wijaya, Sp.PD-KEMD, M.Kes, FINASIM mengatakan, seharusnya masyarakat menepis keraguan tersebut.
Baca juga: Raffi Ajak Masyarakat Tidak Usah Takut Lakukan Vaksinasi
Pasalnya semua vaksin sudah aman dan efikasi Sinovac yang 65,3 persen juga sudah diatas syarat badan kesehatan dunia WHO yang mensyaratkan 50 persen.
Seluruh vaksin yang siap didistribusikan ke masyarakat telah melewati perjalanan yang panjang dan rumit.
Keamanannya pasti sudah teruji karena bila tidak aman, tidak akan masuk uji klinis ke fase berikutnya.
Vaksin Covid-19 yang sudah dikembangkan ada 200 jenis di seluruh dunia, tapi tidak semua masuk ke fase2 dan 3.
“Dari sekitar 200 vaksin, hanya 40 vaksin yang masuk fase 2 dan 3.
Bahkan dari jumlah itu tinggal 20 yang masuk final testing dan dari 20 tinggal 7-10 yang sudah memiliki izin penggunaan darurat atau emergency use authorization dan salah satunya Sinovac,” papar dr Indra saat talkshow dari Eka Hospital dengan tema ‘mengenal vaksin virus corona’, Rabu (1/1/2021).