Epidemiolog UI Sebut Vaksin Sinovac Aman untuk Warga Usia Lanjut
Pandu Riono mendukung penuh jika ada tenaga kesehatan usia lanjut yang ingin divaksin, karena Nakes usia lanjut menurutnya adalah yang paling rentan
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), dr.Pandu Riono menyebut vaksin Sinovac aman untuk warga usia lanjut, termasuk untuk diberikan pada tenaga kesehatan (Nakes) berusia 60 tahun keatas.
Oleh karena itu, Pandu Riono mendukung penuh jika ada tenaga kesehatan usia lanjut yang ingin divaksin, karena Nakes usia lanjut menurutnya adalah yang paling rentan terpapar virus corona (covid-19).
“Dari semua Nakes, Nakes yang paling beresiko adalah Nakes 60 tahun keatas. Makanya ketika ada seorang dokter penyakit dalam, yaitu dr Suwandi berusia 77 tahun, dia mau vaksinasi, saya dukung,” kata Pandu Riono.
“Kalau ada yang melarang, saya lawan lagi,” lanjutnya saat memberikan paparan pada webinar yang diselenggarakan ILUNI UI, Rabu (27/1/2021).
Ia mengatakan vaksin Sinovac aman diberikan kepada semua usia dan tidak terbatas pada usia tertentu. Bahkan diberbagai negara vaksin covid-19 Sinovac sudah diberikan pada warga usia 80 tahun keatas.
“Semua boleh. Karena kita mau menurunkan angka kematian,” ujarnya.
Baca juga: Presiden Jokowi Ungkap Perbedaan Vaksinasi Dosis Pertama dan Kedua
Epidemiolog itu mengatakan bahwa pemberian vaksinasi pada usia lanjut terbukti efektif menurunkan angka kematian dan angka hospitalisasi, kendati vaksinasi bukan satu-satunya jalan untuk bisa mengatasi pandemi.
Bahkan Sinopharm, perusahaan China yang memproduksi vaksin itu sendiri tidak memberikan larangan penggunaan vaksin bagi warga berusia 60 tahun keatas.
“Jangan kita denial terhadap problem yang sangat besar karena kita baru satu juta,” katanya.
Tantangan pemerintah untuk dapat melakukan vaksinasi dalam kurun waktu setahun menurutnya hal yang tidak mungkin, jika tidak dipersiapakan perencanaan secara nasional.
Karena, menurutnya saat ini Indonesia sendiri saat ini belum memilki perencanaan yang matang secara nasional untuk menanggulangi pandemi.
Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk membuat rencana yang bagus secara matang dengan segera agar bisa memonitoring penanganan pandemi secara baik.
“Jangan lagi kita mengulangi kesalahan seperti tahun lalu, ada fase denial, fae terlambat dan menurut saya ini harus ditangani langsung oleh Kementerian Kesehatan, tidak lagi oleh Satgas, Komite dan sebagainya dan jangan lagi menggunakan konsep keseimbangan,” ujarnya.
Dokter Pandu mengatakan akar permasalahan saat ini adalah menangani pandemi.
Ia mengatakan tanpa menangani pandemi jangan bermimpi bahwa Indonesia akan dapat memulihkan ekonomi.
Belajar dari tahun lalu, ia mengatakan dana yang digelontorkan pemerintah untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata terbukti tidak efektif.
Oleh karena itu, ia mengimbau pemerintah merangkul masyarakat dalam upaya penanggulangan pandemi.
“Masyarakat merupakan garda terdepan dalam menghadapi pandemi, bukan dokter, bukan Nakes. Kalau kita gagal di garda terdepan, terpaksa harus ditangani dokter dan Nakes,” ujarnya.