WHO Perluas Investigasi, Epidemiolog: Ini Zoonotic Virus, Bukan Cari Asal Tempat, Tapi Jenis Hewan
Epidemiolog menanggapi rencana WHO memperluas cakupan wilayah investigasi asal mula munculnya virus corona (Covid-19) hingga ke kawasan Asia Tenggara.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menanggapi rencana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperluas cakupan wilayah investigasi asal mula munculnya virus corona (Covid-19) hingga ke kawasan Asia Tenggara.
Ia menjelaskan, untuk kasus pandemi Covid-19, yang menjadi fokus investigasi adalah virus ini berasal dari hewan (zoonotic virus).
"Ya sebetulnya prinsip dalam merespons asal pandemi ya, pandemi itu kan untuk Covid-19 ini berasal dari hewan atau disebut dengan zoonotic virus ya," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Senin (15/2/2021) pagi.
Oleh karena itu, investigasi pun dilakukan untuk mengetahui hewan apa yang menyebabkan kemunculan virus ini, dan apa yang harus dipelajari banyak negara untuk mengantisipasi agar virus serupa tidak muncul di masa depan.
"Nah untuk kita bisa mengendalikan pandemi, belajar dari satu pandemi (yaitu) mencegah artinya kan, merespons secara cepat termasuk antisipasi ya," jelas Dicky.
Baca juga: WHO Perluas Investigasi Asal Usul Covid-19 Hingga ke Asia Tenggara
Baca juga: Awal Mula Virus Covid-19 di Wuhan Disebut dari Kepala Babi Impor Asal Amerika Utara
Dicky menekankan, tim investigasi WHO ini sebenarnya bukan mencari lokasi namun jenis hewan yang menyebabkan virus ini muncul.
"Pandemi memang bukan asal usul dalam arti tempat sebenarnya, yang harus dicari tahu yaitu lebih tepatnya adalah melihat jenis hewan, hewan mana yang menjadi asal muasal dari SARS-CoV-2 ini," kata Dicky.
Selanjutnya, hal yang dilakukan adalah mencari hewan apa saja yang memungkinkan menjadi inang atau berperan sebagai perantara untuk menularkan virus ini ke manusia.
"Kemudian hewan mana saja yang bisa menjadi perantara lainnya ya atau yang terinfeksi lainnya, yang artinya bisa berpotensi menjadi host atau inang lainnya," papar Dicky.
Upaya penelusuran ini, kata dia, dilakukan untuk menyempurnakan penyelidikan secara menyeluruh terhadap seluruh hewan yang terindikasi menjadi inang.
Hal itu karena jika masih ada hewan yang bisa menjadi inang selain manusia, maka langkah eradikasi Covid-19 pun akan sulit dilakukan.
"Karena kita tidak akan bisa melakukan eradikasi atau menghapus Covid-19 ini kalau ternyata ada inang lain di luar manusia, dalam hal ini hewan," tutur Dicky.
Lebih lanjut Dicky menyebut bahwa dalam kelompok hewan pun masih banyak yang bisa menjadi inang virus ini.