WHO Perluas Investigasi, Epidemiolog: Ini Zoonotic Virus, Bukan Cari Asal Tempat, Tapi Jenis Hewan
Epidemiolog menanggapi rencana WHO memperluas cakupan wilayah investigasi asal mula munculnya virus corona (Covid-19) hingga ke kawasan Asia Tenggara.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Embarek mengkonfirmasi bahwa Pasar Makanan Laut Grosir Huanan di Wuhan, tetap menjadi sumber yang paling mungkin dari dugaan kemunculan wabah awal.
Namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apakah virus itu masuk melalui hewan hidup di sana atau diimpor melalui produk makanan beku (frozen food) dari luar China daratan.
Sementara anggota tim investigasi lainnya dari WHO, Peter Daszak mengatakan bahwa pelacakan rantai pasokan pasar harus diperluas ke negara lainnya di luar China, terutama ke tempat lain di kawasan Asia Tenggara.
Banyak dari temuan WHO yang tidak meyakinkan, namun mereka memiliki satu hasil yang jelas, yakni secara tidak langsung mendukung asumsi yang digulirkan China.
Perlu diketahui, media pemerintah negara itu telah lama mendukung gagasan bahwa Covid-19 tidak berasal dari China.
Pada konferensi pers yang digelar hari Selasa lalu, tim Ilmuwan China 'mempromosikan' teori bahwa virus ini tidak dimulai di China dan mereka menyatakan diakhirinya penelitian pelacakan asal-usul virus tersebut di negara itu.
Selama berbulan-bulan hingga saat ini, pejabat China telah melontarkan teori bahwa virus tersebut mungkin telah diimpor melalui kemasan makanan beku, itu menghubungkan wabah di Beijing dengan penyimpanan rantai dingin.
Seperti yang disampaikan pakar di Komisi Kesehatan Nasional China, Dr. Liang Wannian pada Selasa lalu.
"Tugas tim internasional gabungan akan menetapkan dasar untuk tugas penelusuran asal di tempat lain, oleh karena itu tidak akan terikat ke lokasi manapun," kata Wannian.
Terkait investigasi ini, WHO dan Badan Tata Kelola Kesehatan Global Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi awal untuk memulai penyelidikan terhadap asal-usul Covid-19 pada Mei 2020.
Namun, memilah rincian kunjungan investigasi itu tentunya akan membutuhkan waktu berbulan-bulan, dan China pun menuai kritikan global karena menunda akses tim WHO ke Wuhan.
Pada 6 Januari 2021, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengeluarkan kritik paling kerasnya terkait partisipasi China dalam penyelidikan tersebut.
Ia mengaku 'sangat kecewa', karena para Ilmuwan WHO ini diketahui telah berjuang untuk mendapatkan izin yang diperlukan untuk memasuki negara itu.
Kendati demikian, begitu para Ilmuwan yang tergabung dalam tim investigasi WHO ini memasuki China pada pertengahan Januari lalu dan menjalani masa karantina selama 14 hari, mereka justru memuji China karena memberikan akses ke setiap situs yang mereka minta untuk dikunjungi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.