13 Varian Covid-19 Ditemukan di Wuhan pada Desember 2019, Timbulkan Pertanyaan Lebih Besar
Ketua Tim Investigasi WHO Peter Ben Embarek enggan menarik kesimpulan terkait apa arti dari kemunculan 13 strain di Wuhan sebelum Desember 2019.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Ketua Tim Investigasi Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) Peter Ben Embarek enggan menarik kesimpulan terkait apa arti dari kemunculan 13 strain virus corona (Covid-19) sebelum Desember 2019, bagi sejarah penyakit ini.
Namun penemuan dari begitu banyak kemungkinan varian virus yang berbeda ini dapat mengindikasikan bahwa virus tersebut telah beredar lebih lama dari bulan itu.
Seperti yang diprediksi sebelumnya oleh beberapa Ahli virus.
Baca juga: Misi WHO di Wuhan Temukan Munculnya Belasan Strain Virus pada Desember 2019, Termasuk Covid-19?
Baca juga: WHO Perluas Investigasi Asal Usul Covid-19 Hingga ke Asia Tenggara
Dikutip dari laman CNN Rabu (17/2/2021), materi genetik ini kemungkinan merupakan bukti fisik pertama yang muncul secara internasional untuk mendukung teori semacam itu.
Hal ini disampaikan seorang Ahli virus di University of Sydney di Australia, Prof Edward Holmes.
"Karena sudah ada keragaman genetik dalam sampel sequence SARS-CoV-2 dari Wuhan pada Desember 2019, kemungkinan virus itu beredar lebih lama dari bulan itu," kata Holmes.
Holmes yang telah lama mempelajari kemunculan virus, mengatakan bahwa 13 urutan ini kemungkinan mengindikasikan virus ini menyebar selama beberapa saat tanpa terdeteksi, sebelum wabah terjadi di Wuhan pada Desember 2019.
"Data ini sesuai dengan analisis lain bahwa virus muncul pada populasi manusia lebih awal dari Desember 2019 dan ada periode penularan yang samar sebelum pertama kali terdeteksi di pasar Huanan," tegas Holmes.
Sementara itu, tim investigasi WHO menyampaikan presentasi terkait temuan mereka pada pekan lalu dalam konferensi pers tiga jam bersama para Ilmuwan China di Wuhan.
Sejak itu, perlahan-lahan muncul lebih banyak detail tentang data akurat yang dimiliki China dan terkadang tidak dapat diakses.
Ben Embarek mengatakan bahwa tim investigasi ini mendapatkan analisis dari para Ilmuwan China terhadap 92 kasus terduga Covid-19 dari periode Oktober hingga November 2019 yang berisi data pasien yang memiliki gejala mirip Covid-19 dan sakit parah.
Tim WHO kemudian meminta 92 orang ini dilakukan pengujian pada Januari 2021 untuk antibodi.
67 diantaranya setuju untuk dilakukan pengujian dan semuanya terbukti negatif Covid-19.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa tes lebih lanjut diperlukan, karena hingga saat ini masih belum jelas apakah antibodi ini tetap ada pada tubuh mantan pasien Covid-19 itu selama satu tahun kemudian.
Ia juga sangat tertarik dengan cara dari 92 kasus ini tersebar di seluruh wilayah provinsi Hubei secara geografis selama Oktober hingga November 2019.
Selain itu, yang membuat penasaran Ben Embarek, 92 kasus ini terkait dengan Covid-19.
Misi tersebut juga dapat membuat timnya bertemu dengan pasien pertama Covid-19 yang diketahui China.
Pasien itu merupakan seorang laki-laki berusia 40-an tahun dan tinggal di Wuhan, namun ia diketahui tidak memiliki riwayat perjalanan.
"Ia tidak punya kaitan dengan pasar, kami juga berbicara dengannya. Ia memiliki kehidupan yang membosankan dan normal saja, tidak pernah melakukan hiking di pegunungan, laki-laki ini seorang pekerja kantoran di sebuah perusahaan swasta," pungkas Ben Embarek.
Perlu diketahui, perubahan dalam susunan genetik suatu virus merupakan hal yang biasa.
Ini biasanya tidak berbahaya dan terjadi seiring waktu, saat penyakit berpindah dan berkembang biak di antara manusia atau hewan.