Varian Baru Covid-19 Masuk ke Indonesia Lewat Dua TKW Asal Karawang, Satgas Bentuk 2 Tim Khusus
Termasuk jika tidak menerapkan 5M seperti Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak minimal 2 meter, Membatasi mobilitas
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Varian baru Covid-19 ditemukan pada dua orang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Karawang.
Varian baru tersebut adalah jenis virus corona asal Inggris atau biasa disebut B117.
Dua tim khusus dibentuk Satgas Penanganan Covid-19 Karawang atas temuan dua Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Karawang yang terpapar virus corona varian baru asal Inggris atau varian B117.
"Sudah kita buat dua tim khusus karena adanya temuan ini," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Karawang, Fitra Hergyana kepada Tribun Jabar, Rabu (3/3/2021).
Fitra mengatakan, sesuai dengan arahan Kementerian Kesehatan.
Baca juga: Setelah Tiga Kali Swab PCR, Arsy Hermansyah Akhirnya Negatif Covid-19, Gembira Peluk Anang
Kendati M (41) warga Kecamatan Lemahabang dan A (45) asal Kecamatan Pedes sudah dinyatakan negatif Covid-19 varian B117, sebagai antisipasi pencegahan dilakukan tracing dan testing.
"Jadi tetap dilakukan tracing dan testing kepada mereka yang berinteraksi dengan keduanya. Terutama pada keluarga," katanya.
Dikatakan Fitra, testing dilakukan dengan cara Swab PCR secara langsung kepada kerabat M dan A oleh dua tim khusus tersebut.
Baca juga: Kapolda Metero Sebut Warga Kampung Tangguh Jaya Tak Perlu ke Puskesmas Untuk Swab Antigen
Kemudian, setelah hasil PCR keluar. Satgas Penanganan Covid-19 Karawang akan lansung mengirimkan sampel-sampelnya mereka ke Balitbang Kemenkes l untuk dilakukan whole genome sequencing.
"Sequencing genome tersebut dilakukan untuk mengetahui kepastian gen-nya. Jadi ada pemeriksaan lebih dalam," katanya.
Sebelumnya wamenkes Dante Saksono Harbuwono mengungkap dari 462 kasus yang sudah diperiksa di nusantara, ternyata ada dua kasus.
"Pandemi membuat kita dalam tingkat kesulitan yang sangat berat. Refleksi tersebut membuat tantangan kita untuk membuat tantangan untuk membuat riset lebih cepat dan model penanganan lebih baik dan studi epidemiologi karena mutasi," kata Dante.
Varian Baru
Bertepatan satu tahun pandemi Covid-19 di Indonesia, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengumumkan bahwa pemerintah menemukan mutasi baru virus Corona atau B117 di Indonesia asal Inggris.
Baca juga: Rajin Jalani Swab PCR, Ashanty Positif Covid-19, Aurel Hermansyah, Azriel, hingga Arsy juga Terpapar
Hal itu disampaikan Dante dalam acara peringatan satu tahun Covid-19 yang digelar Kemenristek/BRIN, Selasa (2/3/2021).
"Kalau 1 tahun yang lalu kita menemukan kasus 01 dan 02 Covid-19. Tadi malam saya mendapatkan informasi bahwa dalam tepat 1 tahun hari ini, kita menemukan mutasi B117, UK mutation di Indonesia," kata Dante.
Ia mengatakan, dengan temuan mutasi baru ini penanganan pandemi di tanah air kian berat.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono usai mendaftar untuk disuntik vaksin COVID-19 produksi Sinovac (CoronaVac) oleh vaksinator di RSCM Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2021). Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono seusai disuntikan vaksin berharap tidak ada gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang dialaminya. Ini karena vaksin COVID-19 buatan Sinovac sudah melalui serangkaian uji klinik. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)
"Ini fresh from the oven baru tadi malam ditemukan dua kasus. artinya Apa? artinya kita akan menghadapi pandemi ini dengan tingkat kesulitan yang semakin berat," katanya.
Temuan tersebut kata dia berdasarkan hasil pemeriksaan 462 sampel strain virus dari seluruh Indonesia.
Pemeriksaan sampel tersebut menggunakan metode Whole Genome Sequence (WGS).
"Refleksi itu akan membuat tantangan baru kita, ke depan untuk lebih mengembangkan proses-proses yang berkaitan dengan riset yang semakin cepat, model-model penanganan yang lebih baik studi studi analitik, karena proses mutasi ini sudah ada di sekitar kita," pungkasnya.
Sejumlah ahli melaporkan varian baru ini memiliki kecepatan penularan yang lebih cepat dari jenis aslinya. Virus strain baru ini pertama kali dilaporkan di Inggris pada akhir tahun lalu.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, strain baru virus corona itu 70 persen lebih menular dibandingkan virus aslinya. Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof dr Zubairi Djoerban mengungkapkan penamaan B117 atau VUI 202012/01 merujuk pada waktu ditemukan virus strain baru ini.
"VUI singkatan dari Variant Under Investigation (VUI) tahun 2020, bulan 12, varian 01," ujar Zubairi. Atas temuan jenis baru virus corona ini membuat kekhawatiran baru di dunia.
Sudah lebih dari 19 negara melaporkan kasus virus corona jenis baru ini di negaranya. Mulai dari negara Eropa seperti Belanda, Italia, Jerman, dan Perancis, juga negara-negara di Asia mulai dari Malaysia, Filipina, dan Singapura maupun Afrika Selatan.
Peneliti masih mempelajari lebih lanjut tentang varian ini untuk lebih memahami mengapa mudahnya menulari dan apakah vaksin resmi saat ini akan melindungi orang terhadap varian baru tersebut. Saat ini, tidak ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau peningkatan risiko kematian.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito saat Media Briefing secara daring di Gedung BNPB, Kamis (14/1/2021) yang juga disiarkan Kanal YouTube Sekretariat Presiden. (Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid-19)
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, dalam menekan peluang adanya mutasi virus Sars-Cov2 yang masuk, harus dilakukan menekan replikasi atau infeksi virus dengan menghambat laju penularan.
"Caranya dengan ketat menerapkan disiplin protokol kesehatan bagi masyarakat. Sehingga tidak ada ruang bagi virus untuk mereplikasi dirinya," jelas dia.
Wiku mengingatkan masyarakat jangan pernah lengah dalam menerapkan protokol kesehatan, utamanya 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. "Diharapkan jangan sampai masyarakat menjadi korban terpaparnya kasus Covid-19," ujar Wiku.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengatakan, adanya temuan mutasi Sars-Cov2 yang masuk ke Indonesia semakin menguatkan protokol kesehatan 3M makin penting dijalankan.
"Karena dinamikanya luar biasa dan mutasinya di berapa tempat dan yang terbaru dari Inggris ini semakin menguatkan ke kita bahwa langkah 3M itu tidak boleh kendor," ujar Daeng.
Ia mengatakan, meski vaksinasi terus berjalan, pelayanan terhadap yang sakit harus dilakukan. Kemudian strategi testing, tracing, dan treatment juga dilakukan.
"Tapi 3M ini tidak boleh kendor karena untuk mengurangi penapis atau membentengi dari mutasi mutasi yang berubah terus ya apalagi mutasi baru yang kita takutkan dari Inggris ini," ungkapnya.
"Kalau 3M tidak kendor maka saya yakin pasti kita masih bisa menangkal virus corona," sambung Daeng.
Riset Vaksin
Petugas medis menyuntikan vaksin Covid-19 Sinovac dosis pertama kepada seorang pejabat Pemerintah Kota Bandung pada pelaksanaan Gebyar Vaksinasi Covid-19 Bagi Pelayan Publik Pemerintah Kota Bandung, di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Selasa (2/3/2021). Kegiatan vaksinasi Covid-19 tahap ke-2 secara massal itu diperuntukan bagi pemuka agama, anggota DPRD Kota Bandung dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Kemunculan strain baru virus corona (Covid-19) dari mutasi SARSCoV2 di Indonesia yang berasal dari Inggris dan disebut B117 menimbulkan pertanyaan baru terkait apakah program vaksinasi yang digiatkan pemerintah masih efektif melawan temuan baru ini?.
Perlu diketahui, saat ini pemerintah menggunakan vaksin Sinovac yang diproduksi oleh perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech Ltd.
Proses vaksinasi pun telah memasuki tahap kedua yang menargetkan kelompok lanjut usia (lansia) dan petugas pelayanan publik.
Sedangkan tahap pertama telah dilangsungkan dengan menargetkan tenaga kesehatan (nakes).
Vaksinasi yang menggunakan vaksin Sinovac ini memerlukan dua kali dosis suntikan yang diberi jeda 14 hari, ini dilakukan untuk membentuk antibodi pada tubuh. Lalu apakah vaksinasi yang tengah dilakukan saat ini efektif dalam melawan strain baru Covid-19?
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan riset terhadap strain baru yang disebut B117 dan diduga berasal dari Inggris ini. "Terkait vaksin, ya harus jujur kita akui kita harus lakukan riset, harus kita ada riset terhadap strain baru ini," ujar Dicky.
Hasil riset ini yang nantinya akan menjawab apakah vaksin yang digunakan pemerintah masih menunjukkan efektivitas yang tinggi terhadap strain baru Covid-19. Atau malah justru menunjukkan efikasi yang turun terhadap mereka yang telah mendapatkan vaksinasi.
"Apakah masih efektif, seberapa (efektif)? Kalau efektif ya saya kira ada, tapi seberapa jauh pengaruhnya?. Menurunkan efikasi atau tidak, tentu harus diketahui melalui riset," ujar Dicky.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa efektivitas vaksin terhadap virus ini tetap ada, namun persentasenya belum bisa dipastikan. Terutama jika merujuk pada strain baru yang diduga berasal dari Inggris ini.
"Bahwa itu ada dampak atau efek protektif, saya kira masih ada, apalagi ini kalau bicara strain baru yang ditemukan dari Inggris," kata Dicky.
Menurutnya, lain halnya jika strain yang masuk ke Indonesia berasal dari mutasi SARS-CoV-2 yang berasal dari Afrika Selatan (Afsel). Ia bisa memperkirakan adanya penurunan efikasi mereka yang tervaksinasi saat menghadapi strain virus yang disebut lebih menular jika dibandingkan temuan strain di Inggris.
Kendati demikian, penurunan efikasi ini pun masih belum bisa dipastikan berapa angkanya. "Tapi kalau strain baru yang Afrika Selatan, ya kita bisa memprediksinya pasti ada penurunan (efikasi), tapi berapa?," jelas Dicky.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya melakukan riset terhadap strain baru B117 ini. "Sekali lagi ini semua harus berbasis data, riset ini yang harus kita lakukan," ujar Dicky.
Menurutnya, jika ada negara yang memiliki wilayah maupun masyarakat yang tidak disiplin dalam menerapkan kebijakan protokol kesehatan seperti Testing, Tracing dan Treatment (3T) secara optimal, maka negara tersebut akan berpotensi memperburuk pandemi yang sudah ada.
Termasuk jika tidak menerapkan 5M seperti Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak minimal 2 meter, Membatasi mobilitas dan interaksi serta Menjauhi keramaian.
"Pada 2021 ini kita akan menghadapi periode munculnya banyak strain baru SARSCoV2. Semakin telat suatu negara atau wilayah merespons dengan 3T dan 5M yang optimal, maka semakin besar potensi perburukan pandeminya," ujar Dicky.
Ia pun menyebutkan langkah yang bisa dilakukan suatu negara dalam mengantisipasi kemunculan strain baru virus ini.
Mulai dari menerapkan 3T dan 5 M hingga melakukan penguatan surveilans Influenza Like Illness (ILI) dan Genomic.
"Yang harus dilakukan untuk antisipasi hadapi strain baru SARSCoV2 adalah serius lakukan 3T dan isolasi karantina, disiplin 5M, vaksinasi tepat sasaran, Penguatan surveilans ILI, Genomic," kata Prof Dicky.(Cikwan Suwandi/Tribun Network/fik/fit/rin/wly)
Sebagian artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Virus Corona Varian Baru Ditemukan di Karawang, Kecamatan Pedes dan Lemahabang jadi Perhatian