Kemenkes Optimistis Vaksin AstraZeneca Habis Digunakan Meski Masa Simpan Singkat
Jubir vaksinasi covid Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, langkah penundaan distribusi vaksin AstraZeneca dilakukan demi kehati-hatian.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, langkah penundaan distribusi vaksin AstraZeneca dilakukan demi kehati-hatian pelaksanaan vaksinasi.
Ia mengatakan, penundaan distribusi bukan semata-mata terkait isu penggumpalan darah sebagai akibat dari penyuntikan Vaksin AstraZeneca.
Saat ini BPOM, ITAGI, dan para ahli sedang meninjau kembali apakah kriteria penerima vaksin Sinovac dapat diterapkan juga pada penerima vaksin AstraZeneca.
Baca juga: Reaksi AstraZeneca Saat Banyak Negara Menunda Menggunakan Vaksin Buatannya
Baca juga: Penderita Penyakit Jantung Boleh Divaksin Covid-19, Perhatikan Syarat dan Ketentuannya
"Karena kita tahu Badan POM bukan hanya mengeluarkan izin penggunaan darurat, tapi juga mengatur tentang indikasi serta rentang waktu yang paling optimal untuk mendapatkan immunogenitas yang terbaik ya," ujar Nadia dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/3/2021).
Lebih jauh, peninjauan kriteria dan rentang waktu yang dilakukan para ahli juga untuk menentukan kelompok prioritas yang tepat untuk disuntikan vaksin AstraZeneca.
Alasannya, masa simpan vaksin ini terbilang singkat yakni hingga akhir Mei 2021.
"Tetunya 1,1 juta dosis vaksin yang sudah kita terima ini harus kita prioritaskan pada tempat-tempat di mana sebelum masa shelf lifenya habis vaksin ini sudah kita gunakan untuk penyuntikan dosis pertama. Kalau memang nanti rentang waktunya itu adalah 9 sampai dengan 12 minggu," lanjut dia.
Meski memiliki waktu simpan terbatas, ia optimistis vaksin AstraZeneca tetap dapat digunakan sebelum masa simpannya berakhir.
"Kami cukup optimistis, karena kalau kita lihat saat ini dosis penyuntikan kita per hari itu sudah mencapai angka 250 ribu sampai dengan 350 ribu. Artinya kalau kita akan melakukan penyuntikan sebanyak 1,1 juta dosis vaksin. Kalau kita anggap saja, misalnya, kita mampu melaksanakan penyelidikan itu 200 ribu, berarti dalam kurun waktu 6 hari vaksinnya akan habis," ujar perempuan berhijab ini.