Kata Siapa Usai Vaksin Tak Perlu Prokes, Ini Penjelasan Menristek/Kepala BRIN
Meski banyak masyarakat yang sudah divaksin, Bambang menyarankan agar 3T seperti, tracing, testing dan treatment harus tetap dijalankan juga prokes
Penulis: Lita Febriani
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia memulai tahapan proses vaksinasi Covid-19 pada Januari 2021 usai hampir setahun berkutat dengan virus Corona.
Walaupun sudah di vaksin, hal ini tidak menjamin seorang individu akan terbebas dari tertular Covid-19 kembali.
"Mungkin perlu disosialisasikan dan diberikan pemahaman ke masyarakat. Meskipun sudah divaksin, dimana vaksin itu mencegah orang sehat menjadi sakit, tetapi kita juga harus ingat, vaksin ini bekerjanya sangat cepat dan virusnya ini baru.
Artinya ketika kita semua sudah divaksin, kalau kita tidak menjaga 3M atau kurang berhati-hati dengan 3M, maka masih ada kemungkinan kita terpapar oleh virus," tutur Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang Brodjonegoro saat Wawancara Khusus dengan Tribun Network mengenai Ekosistem Riset dan Inovasi, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Riset Ipsos Sebut 80 Persen Masyarakat Indonesia Sambut Baik Vaksinasi
Jika dilihat, tingkat efikasi dan efektivitas dari vaksin ini sangat bermacam-macam range-nya dan tidak bisa 100 persen, ini menjadi penanda bahwa meskipun vaksinasi sudah dilakukan kemungkinan terpapar kembali juga ada.
Tetapi memang jika individu sudah divaksin dan antibodinya sudah terbentuk, maka kemungkinan paling tinggi terpaparnya ada dikategori ringan atau mayoritas OTG atau Orang Tanpa Gejala.
"Misalkan kita setelah divaksin jadi OTG, untuk kita tidak masalah. Tetapi jangan lupa, ketika kita semua OTG itu artinya kita bisa jadi penyebar virus untuk orang lain," imbuh Bambang.
Meski sudah banyak masyarakat yang sudah divaksin, Bambang menyarankan agar 3T seperti, tracing, testing dan treatment harus tetap dijalankan, serta didampingi protokol kesehatan 3M.
"Mungkin kondisinya akan berubah tidak seketat sekarang kalau Herd Immunity-nya tercapai, tetapi ini kan butuh dua pertiga jumlah penduduk. Kalau 180 juta penduduk dan setiap orang perlu dua dosis, berarti perlu 360 juta dosis. Butuh waktu 12-15 bulan menyelesaikan Herd Immunity," ungkap Menristek/Kepala BRIN.
Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu.
Baca juga: Satgas Ungkap Kendala Target Vaksinasi 1 Juta Perhari, Terhambat Infrastruktur dan Vaksinator
Bambang berharap masyarakat bersabar sembari menunggu pelaksanaan vaksinasi selesai.
"Kita semua harus bersabar sampai periode tersebut dan tentunya kalau menurut saya akan lebih baik kalau kita lebih berhati-hati.
Yang pasti kita boleh punya vaksin, tetapi tidak berarti virusnya akan hilang. Virus ini masih tetap ada, tetapi mungkin daya serangnya tidak seberat dulu," terangnya.