Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cegah Lonjakan Kasus seperti India, Pakar Desak Pemerintah Ketatkan Karantina Orang dari Luar Negeri

Guru Besar Paru FKUI Profesor Tjandra Yoga Aditama mengharapkan, RI serius dalam mengantisipasi kejadian lonjakan kasus Covid-19 seperti di India.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Cegah Lonjakan Kasus seperti India, Pakar Desak Pemerintah Ketatkan Karantina Orang dari Luar Negeri
WARTA KOTA/WARTA KOTA/NUR ICHSAN
Calon penumpang pesawat memenuhi areal Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Cegah Lonjakan Kasus seperti India, Pakar Desak Pemerintah Ketatkan Karantina Orang dari Luar NegeriWARTA KOTA/NUR ICHSAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Profesor Tjandra Yoga Aditama mengharapkan, RI serius dalam mengantisipasi kejadian lonjakan kasus Covid-19 seperti di India.

Ia mengatakan, karantina bagi setiap orang yang tiba dari luar negeri harus diawasi ketat sebagai upaya pencegahan mutasi maupun varian baru virus corona.

"Semua yang masuk Indonesia, termasuk dari India, tentu harus menjalani karantina dahulu sebelum dapat beraktifitas," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (23/4/2021).

Baca juga: PPP Pertanyakan Diperbolehkannya WNA Asal India Masuk Indonesia di Tengah Larangan Mudik 

Baca juga: Obat Covid-19 dan Oksigen Langka di Rumah Sakit, Warga India Berburu ke Pasar Gelap

"Pelaksanaan karantina ini harus terus berlangsung dengan ketat sesuai aturan yang berlaku, dan kalau ada yang dicurigai sakit maka harus ditangani sesuai prosedur serta kemungkinan kontaknya ditelusuri secara ketat," tambah Prof Tjandra.

Menurutnya, sangat perlu dilakukan pemeriksaan “whole genome sequencing” pada mereka yang dicurigai, misalnya sekarang sakit COVID-19 padahal baru datang dari negara-negara yang melaporkan peningkatan kasus yang mungkin berhubungan dengan mutasi baru.

Prof Tjandra Yoga Aditama
Prof Tjandra Yoga Aditama (HO/TRIBUNNEWS)

"Peningkatan jumlah pemeriksaan “whole genome sequencing” menjadi kunci utama untuk identifikasi kemungkinan varian dan mutasi baru yang mungkin ada di negara kita," ucapnya mantan direktur WHO Asia Tenggara ini.

BERITA REKOMENDASI

Lebih jauh mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes Kemenkes ini mengatakan, pengawasan ketat bukan hanya dilakukan pada mereka yang datang pada hari-hari terakhir ini, tetapi juga kepada yang datang beberapa waktu yang lalu.

Singapura misalnya, menutup penerbangan dari sebagian negara Eropa pada pertengahan Desember 2020 karena informasi varian baru B.1.1.7, tapi lalu  juga menelusuri siapa saja yang sudah datang sejak pertengahan November 2020.

Pasien covid di India.
Pasien covid di India. (AP)

"Dengan cara ini maka Singapura waktu itu dapat menemukan varian  baru B.1.1.7 di negaranya. Kalau kita mau analogikan, maka surveilans bukan hanya dilakukan pada mereka yang sekarang ini mendarat dari India misalnya, tapi juga sejak sebulan kebelakang, katakankah yang datang sejak pertengahan Maret 2021," terang Prof Tjandra.

Tercatat, 22 April kemarin India mencetak jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi selama ini, yaitu lebih dari 314 ribu orang.

Untuk itu, pengendalian dalam negeri harus terus ditingkatkan, apalagi dengan kecenderungan peningkatan kasus di dunia secara keseluruhan dalam beberapa minggu terakhir ini.


"Singkatnya, 3 M, 3 T dan juga vaksinasi harus terus digiatkan oleh pemerintah dan masyarakat kita semua," pesan dia.

*127 WN Asal India Tiba di Indonesia*

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas