Soal Varian Baru Covid-19, Menko Muhadjir: Yang dari India Harus Diwaspadai
Muhadjir mengungkapkan, pada hari ini (25/4) saja, di Bandara Juanda, Surabaya, terdapat sebanyak 500 kedatangan PMI yang pulang.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah fokus mencegah masuknya varian virus corona baru.
Salah satu caranya adalah dengan mewaspadai kepulangan Pekerja Migran Indonesia (PMI) jelang Lebaran 2021.
Muhadjir mengungkapkan, pada hari ini (25/4) saja, di Bandara Juanda, Surabaya, terdapat sebanyak 500 kedatangan PMI yang pulang.
Baca juga: Ini Cara Indonesia Bendung Varian Corona Mutasi Ganda B1617
Baca juga: Medsos di India Jadi Saluran Mobilisasi Bantuan Hadapi Tsunami Covid-19
Baca juga: Ada Virus Baru di Inggris Mirip Covid-19, Sumbernya dari Kelelawar
"Dan itu memang tidak bisa ditolak karena mereka kontraknya sudah habis. Tetapi dia harus diwaspadai betul karena sekarang ini pemerintah Indonesia sedang fokus betul-betul mencegah masuknya varian baru," ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Minggu (25/4/2021).
Muhadjir mengatakan, antisipasi tersebut berkaca dari tingginya lonjakan kasus di India dan marak muncul varian baru virus corona.
Varian baru itu diketahui jauh lebih berbahaya dari varian sebelumnya, terutama varian dari Eropa dan India.
"Karena sekarang variannya baru dan dari berbagai negara. Dan yang paling harus kita waspadai adalah dari India," ucap Muhadjir.
Sehingga, kata Muhadjir, pemerintah saat ini memperketat kedatangan orang dari luar negeri.
Termasuk bagi para pekerja migran yang akan masuk akan diterapkan karantina lebih ketat daripada sebelumnya.
"Siapa yang masuk ke Indonesia akan kita perketat. Karena gejala inkubasinya juga beda dengan Covid-19 sebelumnya," tutur Muhadjir.
"Sekarang ini kalau dulu 5 hari sudah dinyatakan aman berarti kalau sudah tidak ada gejala sudah aman. Sekarang tidak. Sekarang bisa 10 hari muncul gejalanya," pungkas Muhadjir.