Varian Corona dari India Masuk Indonesia, Pakar Ingatkan Jangan Mudik
Guru Besar UI Profesor Zubairi Djoerban memperingatkan situasi Covid-19 dunia kian mengkhawatirkan, setelah munculnya varian corona baru dari India.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA -- Guru Besar Universitas Indonesia Profesor Zubairi Djoerban memperingatkan situasi Covid-19 dunia kian mengkhawatirkan, setelah munculnya varian corona baru dari India.
Ia mengatakan, varian B1617 menyebar begitu cepat dan harus diwaspadai.
Untuk itu, menjadi pilihan tepat dan bijaksana agar menunda mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini.
Hal itu disampaikan Zubairi yang juga menjabat sebagai Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pengurus Besar IDI (Satgas Covid-19 PB IDI), dalam cuitan di akun twitternya pada Senin (26/4/2021).
Baca juga: Polisi India Turun Tangan Urus Korban Meninggal Akibat Tsunami Covid-19
Baca juga: Soal Varian Baru Covid-19, Menko Muhadjir: Yang dari India Harus Diwaspadai
"Sepuluh orang didapati terinfeksi varian baru dari India. Apakah itu varian B1617? Menteri Budi Sadikin tidak merincinya.
Yang jelas, situasi ini bukan waktunya bersantai, apalagi merencanakan mudik. Cara B1617 menyebar cepat ke seluruh India amat patut kita waspadai," tulisnya seperti dikutip Tribunnews.com, Selasa (27/4/2021).
Ia menilai, ada sejumlah penyebab negara Bollywood itu mengalami lonjakan kasus yang sangat drastis di tengah pelaksanaan vaksinasi yang tengah gencar dilakukan.
Selain adanya varian B1617, perilaku masyarakat dan kelonggaran kebijakan protokol kesehatan oleh pemerintah juga menjadi penyebab tak terkendalinya situasi virus corona di India.
"Mengapa India alami lonjakan kasus?
Pertama diduga karen hadirnya varian B1617 yang dikenal sebagai double mutant. Virus ini membawa dua mutasi: E484Q dan L452R
Kemudian ada kerumunan kampanye politik Narendra D. Modi
Lalu muncul krisis stok oksigen.
Selain itu faktor kepadatan penduduk juga menjadi pemicu.
"Juga karena ventilasi buruk dan euforia vaksin," tulis Zubairi.
Meski belum ada bukti kuat varian B1617 ini lebih menular atau resistan terhadap vaksin.
Ia berharap, semua pihak harus memperlakukan varian ini sebagai ancaman nyata sebelum terlambat menghentikannya.
"Jangan sampai kita kembali ke masa awal pandemi lagi. Apalagi jadi seperti India. Jangan," pesannya.