Indonesia Berisiko Alami Lonjakan Kasus Covid-19 seperti India, Ahli: 3T dan 3M Jangan Kendor
Tonang menyebut, risiko membludaknya kasus konfirmasi dan kematian akibat Covid-19 di India tidak menutup kemungkinan juga bisa mengancam Indonesia.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Arif Fajar Nasucha
Fasilitas kesehatan dan krematorium kewalahan sehingga bantuan dari internasional makin mendesak.
Dalam 24 jam terakhir India mencatatkan 360.960 kasus baru. Ini adalah angka kasus harian terbesar di dunia dan melambungkan total jumlah kasus di India menembus angka 18 juta.
Hari ini juga menjadi hari paling mematikan sejauh ini, dengan 3.293 korban jiwa sehingga total jumlah kematian di negara itu menjadi 201.187 orang.
Kantor berita Reuters melaporkan, Rabu (28/4), para pakar yakin penghitungan resmi jauh di bawah jumlah korban sebenarnya di negara berpenduduk 1,3 miliar itu.
Di Ibu Kota, New Delhi, ambulans berbaris berjam-jam untuk membawa korban Covid-19 ke fasilitas krematorium darurat di taman dan tempat parkir, tempat mayat dibakar dengan kayu bakar.
Baca juga: Panglima Militer India: Warga yang Sakit Bisa Datang Ke Rumah Sakit Militer
Para pasien, banyak yang kesulitan bernapas, berbondong-bondong ke kuil Sikh di pinggiran kota, berharap mendapatkan oksigen dari pasokan yang terbatas.
Rumah sakit di dan sekitar ibu kota India mengatakan oksigen masih langka, meskipun ada komitmen untuk meningkatkan pasokan.
"Kami menghabiskan hari dengan menurunkan kadar oksigen pada ventilator dan perangkat lain karena tangki kami menunjukkan tingkat penurunan yang mengkhawatirkan," tulis Dr Devlina Chakravarty, direktur pelaksana rumah sakit Artemis di pinggiran Gurgaon, di surat kabar Times of India.
"Kami melakukan ratusan panggilan dan mengirim pesan setiap hari untuk mendapatkan kuota oksigen harian kami."
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan orang-orang jatuh sakit lebih parah dengan waktu yang lebih lama, makin menambah tekanan.
"Gelombang saat ini sangat berbahaya," katanya.
"Ini (virus corona) sangat menular dan mereka yang tertular tidak dapat pulih secepatnya. Dalam kondisi ini, bangsal perawatan intensif sangat dibutuhkan," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Sanusi, Kontan.co.id/SS Kurniawan)