Ketua Satgas IDI: Selain batch CTMAVT47, Vaksin AstraZeneca Aman Digunakan
Sindrom pembekuan darah yang terjadi pada sebagian kecil penerima vaksin AstraZeneca terus menarik perhatian dunia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sindrom pembekuan darah yang terjadi pada sebagian kecil penerima vaksin AstraZeneca terus menarik perhatian dunia.
Bahkan, Indonesia kini menghentikan sementara distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547.
Banyak pertanyaan muncul terkait keamanan vaksin ini.
Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban ini berpandangan bahwa pada prinsipnya vaksin AstraZeneca aman dan boleh digunakan.
Baca juga: Jalani Vaksinasi Covid-19 Kedua, Arya Saloka Bilang Lebih Panik Saat Bertemu Wartawan
"Kejadian pembekuan darah dari vaksin ini juga sangat jarang dan dapat diobati pada beberapa kasus di Eropa. Sementara di Indonesia diduga yang bermasalah hanya Batch CTMAV547 saja," terangnya seperti dikutip dari cuitan di akun twitternya, Senin (17/5/2021).
Zubairi melanjutkan, langkah penghentian sementara itu dilakukan guna memastikan dan menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM.
"Yang dihentikan sementara itu sebanyak 400an ribu dosis. Sisanya, sekitar 3 jutaan dosis masih tetap digunakan," jelas Zubairi.
Baca juga: Ada 22.700 Perusahaan Sudah Daftar untuk Ikut Vaksinasi Gotong Royong
Ia menerangkan, jumlah kasus pembekuan darah dari vaksin AstraZeneca.
Dalam catatannya, misalnya di Inggris. Kejadiannya 10,5 per satu juta dosis dari dosis pertama. Sekitar 242 kejadian. Data itu sampai 28 April 2021.
"Pembekuan darah itu bisa terjadi di pembuluh darah vena otak. Istilahnya CVST atau cerebral venous sinus thrombosis. Ini bisa menyebabkan kematian disertai penurunan jumlah trombosis," ungkapnya.
Lebih jauh ia menyebut, orang dengan lupus (odapus) memiliki kecenderungan mengalami pembekuan darah.
"Odapus juga berisiko mengalami gangguan jantung. Sebab itu, odapus harus memenuhi syarat sebelum menerima AstraZeneca," ungkap Guru Besar Universitas Indonesia ini.
Baca juga: Total Tarif untuk Dua Dosis Vaksin Gotong Royong Rp 967.054
Oleh karena itu Zubairi menyarankan, agar odapus harus memeriksa dahulu kadar D-dimer-nya jika mau divaksin. Kalau hasilnya kurang dari 500, silakan gunakan vaksin AstraZeneca.
Namun, kalau lebih dari 500, ada baiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum vaksin.
"Bagi odapus, kalau bisa memilih, mending memakai Sinovac. Tapi itu kalau bisa memilih. Kalau tidak bisa dan yang ada hanya AstraZeneca, ya ukurannya tadi itu. Kadar D-dimer-nya berapa. Amat penting untuk konsultasi dengan dokter bagi odapus," pesannya.