Tempat Wisata Banjir Pengunjung, Epidemiologi Prediksi Ledakan Kasus Corona Bisa Terjadi
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia pembukaan destinasi wisata atau pusat perbelanjaan bukan pertanda bahwa situasi sudah aman.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Pasca hari Raya Idul Fitri, orang-orang berbondong-bondong mengunjungi destinasi wisata. Walaupun masuk di tahun kedua, pandemi Covid-19 belum dinyatakan berakhir di Indonesia.
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, pembukaan destinasi wisata atau pusat perbelanjaan bukan pertanda bahwa situasi sudah aman.
Hanya masalah ekonomi yang nampak bergerak. Indikator keamanan saat melakukan aktivitas di luar rumah dilihat dari positivity rate. Kalau jauh di atas 10% malah berisiko tinggi.
Baca juga: Terdeteksi 26 Kasus Varian Baru, Menkes Khawatir Kasus Covid-19 di Indonesia Meledak
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19, Wisata Taman Nasional Ujung Kulon Ditutup hingga 30 Mei 2021
Apa lagi indonesia sudah setahun lebih dalam level seperti itu. Lalu menurutnya level Indonesia sudah berada di community transmision yaitu dapat membuat klaster penularan.
"Kluster infeksi udah dimana-mana Orang berlibur itu bawa virus. Kalau mereka tidak merasa sakit itu wajar. Karena hampir 80% dari kasus infeksi covid memang tidak bergejala," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (18/5/2021).
Tapi harus ingat tidak bergejala bukan berarti sakit. Ada dampak pada kondisi organ. Jangka panjang bahkan bisa menurunkan kualitas kesehatan mereka.
Menurutnya saat ini kasus orang tidak bergejala berkontribusi 60% menularkan infeksi. Akibatnya orang tidak merasa sakit benar beraktivitas, namun terus melakukan penularan.
"Sehingga ada potensi ledakan? Sangat jelas ada. Untuk diingat bukan masalah mudik saja. Tapi akumulasi setahun lalu, pilkada," katanya lagi.