Kasus Baru Covid-19 Masih Bermunculan, Masyarakat Diimbau Tetap Disiplin Terapkan Prokes
Pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk melakukan isolasi mandiri setelah kembali dari mudik
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Kampanye distribusi 5 juta masker medis SHIELD-Aice yang dijalankan enam bulan sejak Oktober tahun lalu tersebut dijalankan di Jakarta, Bogor, Cirebon, Bandung, Rembang, Semarang, Batang, Surabaya, Ambon, Palembang, Medan, Batam, Yogyakarta, Malang, Lumajang, Denpasar, Makassar, Lampung, Banjarmasin hingga terakhir di Manado.
Masker medis yang didistribusikan dalam kampanye bernama Aice-SHIELD ini memiliki spesikasi tinggi.
Masker medis ini memiliki bahan berkualitas tinggi dan diproduksi sendiri oleh Aice Group. Pihak Aice juga menjelaskan bahwa SHIELD sudah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Selain 5 juta masker medis yang didistribusikan ke kalangan masyarakat luas di 20 kabupaten dan kota, Aice juga membagikan 15 juta masker lainnya ke masyarakat lewat jaringan penjual es krim Aice di masyarakat. Semua masker dibagikan secara gratis sebagai sumbangan kemanusiaan dan tidak diperjualbelikan.
Juru bicara sekaligus Brand Manager Aice Group Sylvana yang menjadi donatur jutaan masker dan memobilisasi ratusan ribu warung Aice menyumbangkan 15 juta masker medis ke warga, mengakui berbagai aspek sosial dan budaya yang memengaruhi kesuksesan kampanye masker di masyarakat.
“Kombinasi penanganan ekonomi oleh pemerintah, dengan kebutuhan edukasi lewat tiap kearifan lokal agar warga mau membatasi jarak dan memakai masker, membuat kami yakin pentahelix dari tokoh masyarakat, agamawan, budayawan, kepala daerah dan peran media menjadi kunci sukses pencegahan perluasan pandemi,” ujar Sylvana.
Menurut Sylvana, penjelasan dan contoh dari para key opinion leader dan tokoh masyarakat bawah dalam berbagai dimensi meningkatkan kans keberhasilan menekan laju penularan virus tersebut.
Pihaknya bersama dengan KSP dan GP Ansor menggunakan jejaring masyarakat bawah yang menggunakan bahasa lokal, ajaran agama, penokohan pemimpin daerah, dan komunikasi publik lewat media massa dan medsos di puluhan kota tersebut.