Susi Hubungi Erick Thohir di Tengah Kegalauannya saat Staf Positif Covid-19, Tanya soal Ivermectin
Susi Pudjiastuti menghubungi Menteri BUMN, Erick Thohir, bertanya soal obat Ivermectin.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak delapan karyawan Susi Pudjiastuti sembuh dari Covid-19 setelah meminum obat Ivermectin.
Pemberian obat Ivermectin dilakukan Susi mengingat saat ini banyak rumah sakit yang penuh.
Dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (1/7/2021), hal ini dilakukan Susi sebagi wujud ikhtiarnya dalam penanganan Covid-19 di lingkungan kerjanya.
“Saya bukan seorang dokter, tapi dalam keputusasaan dan kesulitan akan penuhnya rumah sakit dan lain-lain, apapun patut dicoba."
Baca juga: Dinkes DKI Genjot Ketersediaan Tempat Tidur Untuk Pasien Covid-19 di RS, Angkanya Kini Capai 11.000
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 1 Juli 2021: Tambah 24.836 Kasus, Total 2.203.108
"Dan alhamdulillah hari ke-7 semua (karyawan yang terpapar Covid-19) sudah negatif,” kata Susi dalam ceritanya melalui video yang beredar, Rabu (30/6/2021).
Susi menceritakan, dari delapan karyawannya yang terpapar Covid-19, lima di antaranya melakukan isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Sementara tiga lainnya melakukan isolasi di lokasi kerja.
“Covid itu nyata dan dekat dengan kita. Delapan orang dari karyawan kita kena, tiga isolasi mandiri di tempat kita, yang lainnya di rumah masing-masing,” ucap Susi.
Baca juga: Pria Positif Covid-19 Meninggal Dunia Saat Jalani Isolasi Mandiri di Rumahnya Warakas Jakarta Utara
Kronologi Susi Mencoba Ivermectin
Di tengah kegalauan Susi dalam mengatasi delapan karyawannya yang terpapar Covid-19, ia langsung menghubungi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.
Susi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Erick, lantaran sebelumnya beredar kabar di berbagai media tentang hasil riset Ivermectin yang cocok untuk terapi pemulihan pasien Covid-19.
Erick Thohir menyebut obat anti parasit Ivermectin digunakan terbatas untuk terapi penanganan Covid-19.
"Di tengah kegalauan saya harus menghubungi Pak Erick Thohir atas ada beberapa riset yang muncul tentang Ivermectin," ujar Susi.
Atas informasi tersebut, Susi lantas menganjurkan para karyawannya yang terpapar Covid-19 untuk menggunakan obat tersebut.
Tentunya, pemakaian Ivermectin ini sesuai anjuran dokter.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak Tajam, Pemerintah Tunda Buka Kembali Pariwisata Bali
Setelah mengonsumsi obat tersebut, para karyawan Susi berhasil sembuh dari Covid-19 dalam kurun waktu 7 hari.
Meski demikian, selain Ivermectin, Susi juga memadukannya dengan multivitamin dan beberapa resep dari dokter.
“Saya mencoba memadukannya sesuai anjuran dokter di Pangandaran memakai paracetamol, Ivermerctin, dan beberapa multivitamin,” ucap Susi.
Penjelasan Para Pakar Terhadap Obat Ivermectin
Penggunaan Ivermectin sempat ramai diperbincangkan masyarakat dunia, termasuk juga Indonesia.
Dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (1/7/2021) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Lukito, menyebut banyak negara memakai Ivermectin dalam upaya penanganan pandemi Covid-19.
Baca juga: PPKM Darurat Diterapkan 3 Juli 2021, Menteri PPPA Ajak Keluarga Perketat Protokol Kesehatan Covid-19
Termasuk juga India, dikabarkan menggunakan Ivermectin pada saat masa periode (penularan kasus) intensitas tinggi di negara mereka.
"Saya kira sudah banyak negara menggunakan Ivermectin ini. India juga pada saat masa periode (penularan kasus) intensitas tinggi mereka gunakan Ivermectin."
"Hingga mereda, mereka mulai tidak menggunakan lagi," kata Penny Lukito melalui konferensi pers yang disiarkan di Youtube Badan POM RI, Senin (28/6/2021).
Menangapi hal itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr Ary Fahrial SpPD, mengatakan jika BPOM memang sudah mengeluarkan izin edar untuk Ivermectin.
Namun, obat tersebut diperuntukkan indikasi obat cacing.
Selain itu, Ary menjelaskan, layaknya obat cacing, dosis yang dipakai adalah dosis tunggal.
Baca juga: Covid-19 Melonjak, Truk Antre Angkut Peti Jenazah di Tangerang
Sehingga, obat tersebut bukan untuk konsumsi harian.
"Umumnya adalah dengan dosis tunggal. Dan kalau kita lihat kerja obatnya sendiri pada cacing adalah membunuh secara langsung."
"Artinya dia bekerja secara lokal. Karena kita tahu cacing ini berada di saluran pencernaan," ungkap Ary, Senin (26/6/2021).
Obat ini, kata Ary menjadi populer untuk Covid-19 karena memang ada penelitian terkait Ivermectin.
Namun, lanjut Ary, penelitian tersebut baru ditahap in vitro atau baru pada tingkat sel.
"Masih pra klinik, belum sampai uji klinik. Di situ memang disebutkan bahwa Ivermectin dapat menghambat kerja dari virus Covid-19 ini."
Baca juga: KPK Dikepung Corona, 113 Pegawai Positif Covid-19, 1 Penyidik Meninggal
"Tapi sekali lagi, kalau masih in vitro dimana kita belum tahu berapa dosis yang tepat digunakan pada hewan atau pada manusia," sambung Ary.
Oleh karena itu, menurut Ary, sampai saat ini obat tersebut masih disebut sebagai obat cacing.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu tahu bahwa ada efek samping yang muncul pada pasien yang mengonsumsi obat ini.
Di antaranya pasien akan merasa mual, muntah, nyeri ulu hati, diare, dan sakit kepala.
Sementara, jika dikonsumsi dengan jumlah besar dalam jangka pendek akan berisiko kerusakan pada lever.
Sehingga, Ary mengingatkan kepada masyarakat agar tidak terlalu terburu-buru dalam membeli obat ini untuk pencegahan atau mengobati Covid-19
"Jadi saya mengimbau pada masyarakat untuk tidak terlalu terburu-buru dalam membeli obat ini."
"Apabila tujuannya untuk pencegahan atau mengobati Covid-19," ucap Ary.
Namun, jika kebutuhan untuk mengobati gejala cacingan, masyarakat masih diperbolehkan mengonsumsi obat cacing.
Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Di antaranya apakah ada alergi terhadap obat, serta antisipasi terhadap efek samping yang timbul dari obat tersebut.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Bambang Ismoyo/Aisyah Nursyamsi)