Rata-rata UGD Layani 40-80 Pasien, Itu di Luar Batas Kapasitas RS, Pemenuhan Oksigen Terkendala
Lonjakan kasus Covid-19 memang cukup terdampak besar bagi berbagai sektor. Khususnya dari aspek kesehatan.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lonjakan kasus Covid-19 memang cukup terdampak besar bagi berbagai sektor. Khususnya dari aspek kesehatan.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Ia menyebutkan jika rumah sakit terpaksa menampung pasien hingga di luar batas kapasitas. Kata Nadia, ruangan unit gawat darurat (UGD) maksimum diisi oleh 20 orang.
Biasanya, ruang tersebut diisi untuk kasus kecelakaan, struk, denam berdarah, dan sebagainya. Namun saat ini, UGD bahkan diisi lebih dari 20 orang.
Baca juga: Pupuk Kaltim Salurkan 30 Ton Oksigen Medis untuk Pasien Covid-19 di Bontang Kaltim
Baca juga: Menko Luhut Apresiasi Inisiatif GoTo Bersama Kadin dan Samator Atasi Kelangkaan Oksigen
"Bayangkan dalam satu hari ada 40-80 orang, pasti over capacity. Mau enggak mau tetap beri pelayanan," ungkap Nadia dalam diskusi secara virtual, Senin (19/7/2021).
Tidak hanya ruangan, kata Nadia, terbatasnya tenaga kesehatan pun turut jadi pertimbangan. Di sisi lain dari pemerintah masih berusaha membuka ruang perawatan.
Selain itu, Nadia juga memastikan fasilitas kesehatan yang sudah terisi 80 persen harus dikonversi sebagai rumah sakit khusus Covid-19.
Baca juga: Tips Tingkatkan Saturasi Oksigen dari Kemenkes: Cukup Berbaring dan Lakukan Teknik Proning
"Kalau bisa buat rumah sakit lapangan. Dan di sisi lain juga regulasi obat. Diharapkan bisa tersedia di lapangan dengan harga sewajarnya. Begitu juga dengan pemenuhan oksigen walaupun ada potensi kekurangan," katanya lagi.
Di sisi lain, kata Nadia memang ada kendala dari penyediaan kebutuhan gas.
Awalnya kebutuhan oksigen pulau Jawa 400 ton. Kemudian kapasitas produksi oksigen nasional yakni 1.850 ton per hari.
Namun dalam dua minggu terakhir kebutuhan menjadi 2000 lebih. Hal ini lah yang menjadi kendala dalam penyediaan oksigen.
"Ini catatan kita sebagai PPKM darurat. Perlu dukungan dan upaya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Tentu harus ada penggerak pemerintah. Dimulai dari tingkat RT, RT dan keluarga. Itu Kunci utamanya," pungkas Nadia.