Menkes Era SBY Ini Diusulkan Ikut Tangani Covid-19, Berikut Perannya Saat Terjadi Wabah di Indonesia
Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin mengapresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunbews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia membuat semua pihak prihatin.
Hingga Senin (18/7) dari data yang terhimpun, jumlah kasus pasien terinfeksi yang meninggal dunia telah mencapai angka 74,920 orang dari total kasus sebanyak 2,91 juta.
Situasi ini memburuk dikarenakan hadirnya dominasi varian baru dari Covid-19 yang bernama varian delta, di mana infeksi dapat menyebar dengan sangat cepat hanya dalam waktu 15 detik melalui jalur udara (airborne).
Baca juga: Prihatin Covid Melonjak, Pengusaha Jambi Serahkan Hotelnya untuk Jadi RS Darurat
Dan ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi juga seluruh dunia, termasuk negara tetangga kita Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Australia, India dan Inggris.
Menyikapi situasi ini, Wakil Ketua DPD RI, Sultan B Najamudin mengapresiasi langkah pemerintah dalam menerapkan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Namun, Sultan menilai pemerintah butuh dukungan sekaligus harus melibatkan banyak pihak lainnya yang berkompeten menghadapi pandemi dalam menentukan langkah serta skema kebijakan yang akan diambil dalam waktu jangka panjang kedepan.
Baca juga: Penumpang Pesawat Citilink Positif Covid-19 Yang Nyamar Pakai Cadar Diperiksa Usai Sembuh
"Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini berakhir. Maka kita butuh kesiapan dalam menghadapi bagaimanapun situasinya kedepan. Baik dalam penanganan maupun pencegahan terhadap setiap kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Dan harus melibatkan orang-orang khusus yang memiliki rekam jejak dalam menghadapi pandemi," kata Sultan melalui keterangannya, Rabu (21/7/2021).
Menurutnya, mantan Menteri Kesehatan di era SBY, Siti Fadilah Supari adalah salah satu orang yang tepat untuk dilibatkan pemerintah dalam memberikan wawasan, pertimbangan, bahkan susunan strategi kebijakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang melawan virus Corona.
Baca juga: Testing Covid-19 Menurun, Sahroni: Jangan Bohongi Diri Sendiri
"Saya meminta kepada Bapak Presiden RI untuk memanggil ibu Siti Fadilah Supari ke Istana dan sekaligus pemerintah untuk dapat memberikan ruang keterlibatan secara formal (kewenangan khusus) dalam menghadapi pandemi Covid-19 di Indonesia," ucapnya.
Sebab, menurut Senator muda asal Bengkulu tersebut, dalam menghadapi pandemi sekarang, kita butuh sosok orang yang memiliki pengalaman secara nyata.
Sultan mengatakan, presiden dan seluruh jajaran sudah berusaha maksimal melakukan yang terbaik untuk rakyat dalam menghadapi pandemi ini tapi situasi sekarang memang darurat.
"Ibarat sebuah perang ,menurut saya presiden perlu banyak masukan, nasehat dan pertimbangan sebagai penguatan keyakinan dalam mengambil setiap keputusan. Presiden perlu kekuatan penuh dalam berperang melawan pandemic covid-19 ini.
Saat yang tepat presiden melibatkan sebanyak mungkin orang orang yang berkompeten dalam bidangnya, bukan hanya dr Siti Fadila Supari tapi sosok seperti dokter Terawan (mantan menkes) dan tentu masih banyak ahli-ahli berpengalaman lain," ujarnya.
Sebagai informasi, selain pernah menjabat sebagai menteri, Siti Fadilah Supari juga sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.
Siti merupakan ahli jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun.Pada tahun 2007, dia menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.
Pada 1987, Siti menerima The Best Investigator Award Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Best Young Investigator Award dalam Kongres Kardiologi di Manila, Filipina (1988).Dia menerima The Best Investigator Award Konferensi Ilmiah tentang Omega 3 di Texas Amerika Serikat (1994) dan Anthony Mason Award dari Universitas South Wales (1997). Dia juga menerima beberapa penghargaan dari Amerika dan Australia.
"Kebijakan kedepan tidak boleh bersifat trial dan error, ketika hadir masalah kita kalang kabut dalam menghadapinya. Jadi segera harus dirumuskan dengan pendekatan yang berasal dari kacamata ilmu pengetahuan dengan melibatkan orang yang berpengalaman secara komprehensif dalam dunia epidemiologi. Dan beliau memiliki semuanya untuk berperan besar membantu pemerintah menanggulangi Covid-19," kata Sultan.
"Ibu Siti adalah aset bangsa ini. Apalagi dalam menghadapi pandemi. Beliau adalah seorang ilmuwan dan kaya pengalaman di birokrasi sebagai menteri di pemerintahan. Selain itu, beliau telah menerbitkan 150 karya ilmiah yang dipublish dalam jurnal nasional maupun internasional", lanjutnya.
Adapun eks Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari adalah aktor utama yang berperan dalam mengatasi dua pandemi flu di Indonesia waktu lalu.
"Kita menginginkan kebijakan ke depan dapat menyeimbangkan tantangan di mana satu sisi tetap mengedepankan upaya ketahanan ekonomi nasional tetap berjalan tapi tanpa meninggalkan penyediaan public health services ditengah wabah. Dan saya presiden pemerintah dapat mewujudkannya dengan melibatkan sosok sosok berpengalaman seperti dr siti fadilah supary dan yang lain," pungkas Sultan.