Kisah Para Pendonor Plasma Konvalesen, Ingin Bantu Pasien Covid-19 Berjuang untuk Sembuh
Palang Merah Indonesia (PMI) terus mengajak para penyintas Covid-19 untuk menjadi pendonor plasma konvalesen bagi pasien Covid-19.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
Namun Tuhan berkehendak lain, istri Pak Eman meninggal dunia setelah berjuang melawan Covid-19.
Untuk itu Pak Eman berniat menjadi pendonor plasma, agar pengalamannya tidak terjadi pada orang lain.
“Saya pekerja kontraktor, situasi pandemi membuat saya tidak mendapat pekerjaan. Saya sangat terpukul dengan kenyataan bahwa saya dan istri saya positif Covid-19 yang tentu saja hal ini makin memperburuk kondisi keluarga."
"Saya selalu berdo’a agar kondisi istri saya di rumah sakit akan membaik, namun Allah SWT berkehendak lain, istri saya meninggal. Saya berniat berdonor plasma, agar pengalaman saya tidak terjadi pada orang lain,” kata Pak Eman dikutip dari unggahan akun resmi PMI, @palangmerah_indonesia, Kamis (22/7/2021).
Baca juga: Ibu Hamil Dilarang Jadi Pendonor Plasma Konvalesen, Mengapa? Ini Penjelasan Ahli
Kegunaan Plasma Konvalesen
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, berikut kegunaan plasma konvalesen untuk terapi penyembuhan pasien Covid-19, dikutip dari akun Instagram PMI:
1. Antibodi Imunoglobulim G (IgG) yang ada dalam plasma konvalesen berperan untuk melawan virus Sars-CoV-2 dengan menurunkan jumlah virus yang ada di dalam tubuh pasien Covid-19.
2. Kandungan protein lainnya yang terdapat di dalam plasma konvalesen berguna untuk menjaga sel tetap utuh sehingga organ hati, ginjal, paru, jantung tidak rusak.
Dengan begitu, pasien tidak jatuh ke kasus lebih berat/kritis dan mencegah tidak terjadi long covid, yaitu gejala sisa yang dapat dirasakan penyintas seperti masih sesak dan sebagainya, walaupun hasil PCR sudah menunjukkan negatif.
Baca juga: Sering Salah Kaprah, Pemberian Terapi Plasma Konvalesen Bukan Saat Pasien Covid-19 Kritis
Namun perlu diperhatikan untuk tingkat efektivitas kesembuhan dengan plasma konvalesen ini harus dilihat dari ketepatan waktu pemberian plasma ini kepada pasien.
Jika diberikan sedini mungkin, pada saat H3-H12 tentunya dengan penyakit penyerta (komorbid) belum berat dan juga belum masuk tahap kritis dengan ventilator.
Dengan kondisi tersebut, efektivitas kesembuhan akan tinggi.
Namun jika diberikan pada saat keadaan pasien sudah kritis, maka efek terapinya akan kecil.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Yurika Nendri Novianingsih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.