Anggota Komisi I DPR RI Sebut Indonesia Pilih Kolaborasi Hadapi Pandemi Covid-19
Penelusuran asal usul virus Covid-19 masih menjadi isu hangat di dunia internasional.
Penulis: Reza Deni
Editor: Adi Suhendi
Meskipun demikian, Farhan menyebut ada keanehan ketika negara-negara di Eropa belum mau mengakui Sinovac dalam persyaratan keluar masuk orang asing.
Baca juga: Kronologi Oknum Polisi Mengamuk di RS Bawa Senpi, Sebut Mertuanya Meninggal Dicovidkan
"Mungkin di sisi ini kita tidak terlalu baik menjalin kerja sama dengan Amerika. (Vaksin) buatan mereka di kita hanya Moderna dan AstraZeneca dan itu pun diberikan hanya dalam bentuk bantuan," ujarnya.
Namun, Farhan mengatakan Indonesia tetap berhubungan baik dengan Amerika dalam bentuk militer.
"Kita belum punya kerja sama militer yang signifikan dengan Cina. Kita punya hubungan yang sangat baik dengan Amerika. Jadi artinya kita tidak bisa melihat hanya dari satu isu saja. Kolaborasi memang sangat penting," kata Farhan
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja menanggapi kekhawatiran China terkait penyelidikan yang menyoroti 'hipotesis Laboratorium Wuhan' tentang asal mula pandemi virus corona (Covid-19).
Organisasi itu mengatakan bahwa tidak ada yang bermain politik dalam proses penyelidikan ini, namun mencari data yang diperlukan dan mengikuti sains.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis kemarin, WHO meminta pemerintah di seluruh negara untuk mendepolitisasi situasi dan bekerja sama dalam mengembangkan kerangka kerja bersama terkait patogen potensial pandemi yang muncul di masa depan.
"Mencari asal usul patogen baru adalah proses yang sulit, yang didasarkan pada sains, dan membutuhkan kolaborasi, dedikasi, dan waktu," kata WHO.
Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 4 Persen, Kasus Covid-19 Aktif Ditagetkan Turun Akhir September
Lembaga itu menegaskan bahwa pencarian asal-usul virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab penyakit Covid-19 tidak boleh menjadi ajang percobaan untuk menyalahkan, menuding, atau menilai poin politik.
"Penting untuk mengetahui bagaimana pandemi dimulai, ini untuk memberikan contoh dalam menetapkan asal usul semua peristiwa limpahan dari hewan ke manusia di masa depan," jelas WHO.
Organisasi kesehatan yang berbasis di Jenewa, Swiss itu tampaknya mendukung hipotesis asal zoonosis.
WHO bahkan menekankan kepada China untuk merilis informasi yang berkaitan dengan Institut Virologi Wuhan (WIV), meskipun negara itu menolak untuk turut berpartisipasi dalam penyelidikan tahap dua.
"Akses ke data sangat penting untuk mengembangkan pemahaman kita tentang sains dan tidak boleh dipolitisasi dengan cara apapun," tegas WHO.
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (13/8/2021), pada Juli lalu, China menolak penyelidikan fase kedua WHO dengan alasan 'melawan sains'.