Turun Signifikan, Penanganan Covid-19 di Indonesia Diapresiasi
M Qodari mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo dan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan karena telah berhasil menurunkan kasus Covid-19 di Indones
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo dan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan karena telah berhasil menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia secara sangat signifikan dan dalam tempo yang relatif cepat.
Hal ini terlihat dari penurunan kasus aktif yang dilansir Kementerian Kesehatan, Rabu (15/9/2021) hingga pukul 12.00 WIB.
Untuk kasus aktif Covid-19 mengalami penurunan sebesar 88,9 persen dibandingkan pada puncak kedua.
“Keberhasilan tersebut patut diapresiasi karena pada saat yang bersamaan kasus di Singapura dan Amerika Serikat mengalami tren kenaikan," kata Qodari, dalam keterangannya, Kamis (16/9/2021).
Diketahui, pada akhir pekan kemaren Singapura yang merupakan negara berpenduduk 5,7 juta jiwa ini melaporkan 555 kasus Covid-19 harian, tertinggi sejak Agustus 2020.
Menurut Gan Kim Yong, salah satu ketua gugus tugas COVID Singapura, hal itu merupakan lonjakan infeksi yang mengkhawatirkan.
Baca juga: Belum Ada Bukti Ilmiah Hewan Peliharaan Bisa Tularkan Covid-19 Pada Manusia
Sementara itu, dalam jumpa pers virtual mingguan pada hari Senin (13/9), Direktur Organisasi Kesehatan Pan Amerika (Pan American Health Organization/PAHO) Carissa Etienne mengatakan selama sepekan terakhir, hampir 1,5 juta infeksi Covid-19 baru telah dilaporkan di Amerika dan lebih dari 22.000 kematian.
Menurut Qodari, keberhasilan penanganan Covid-19 di Indonesia, tidak hanya dilihat dari penurunan kasus tetapi juga dari turunnya positivity rate harian mencapai 2,14 persen.
Data tersebut turun signifikan ketika Indonesia pernah mencatat rekor tertinggi yakni pada 22 Juni 2021 positivity rate mencapai 51,62% dengan kasus harian di atas 40 hingga 50 ribu.
“Angka positivity rate di Indonesia saat ini sudah berada di angka ideal yang ditetapkan WHO, yakni di bawah 5%, terjadi penurunan yang sangat signifikan dari beberapa waktu lalu saat puncak pandemi akibat varian delta,” ujar Qodari.
Selain turunnya positivity rate harian, Qodari juga mengungkapkan keberhasilan pemerintah dalam menurunkan ketersediaan Bed Occupancy Rate (BOR) yang kembali ke titik normal di angka 13,38 persen dari standar WHO maksimal diangka 60 persen.
Qodari juga mengapresiasi sekaligus juga mengingatkan tentang pentingnya vaksin.
“Jadi ada tiga senjata menghadapi pandemi, pertama vaksinasi, pelaksanaan protokol kesehatan oleh masyarakat atau 3M dan ketiga pelaksanaan 3T oleh pemerintah.” kata dia.
Senada dengan Qodari, Ketua Umum Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam-PBNU), Rumadi Ahmad juga mengapresiasi kinerja pemerintah dalam penanganan Covid-19.
Menurutnya, penurunan angka Covid-19 karena Pemerintah berhasil membangun komunikasi dengan masyarakat dalam memberikan pendidikan literasi soal covid dan juga penyaluran bantuan sosial yang efektif bagi masyarakat.
Baca juga: Kasus Melandai, Pengamat Kebijakan Publik Sebut KPC PEN Berhasil Kendalikan Covid-19
“Saya kira lebih bagus lah sekarang, komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah saya lihat juga semakin bagus, kemudian pemerintah juga semakin gesturnya itu semakin keliatan memberikan apresiasi atas kerja-kerja masyarakat,” kata Rumadi.
Penurunan kasus Covid-19, lanjut Rumadi, merupakan buah dari kesabaran masyarakat dalam mengikuti anjuran dan kebijakan dari pemerintah dalam menakan laju penularan Covid-19.
“Menurut saya ini semua buah dari pengorbanan masyarakat dalam PPKM darurat, kemudian ada PPKM diperpanjang dilevel 4 atau 3 dan seterusnya itu sih ada buahnya ada hasilnya yang kemudian penurunan covid ini,” papar Rumadi.
Rumadi mengingatkan kepada masyarakat agar tidak menyikapi penurunan Covid-19 ini secara berlebihan sehingga abai dengan protokol kesehatan.
“Jadi menurut saya dengan penurunan kasus ini jangan sampai lengah kemudian euforia, kemudian lupa dengan misalnya protokol kesehatan gitu jangan sampai PPKM darurat yang kita bersama-sama menderita kemarin itu, terjadi lagi," katanya.