Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bisakah Hidup Berdampingan dengan Covid-19? Ini Kata Lula Kamal, Disinggung Pula Molnupiravir

Dunia kini memasuki fase 'mencoba menerima' untuk berdamai dan berdampingan dengan Covid-19. Namun bagaimana dengan Indonesia ?

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
zoom-in Bisakah Hidup Berdampingan dengan Covid-19? Ini Kata Lula Kamal, Disinggung Pula Molnupiravir
KOMPAS images/KRISTIANTO PURNOMO
Dokter spesialis adiksi dan ketergantungan narkoba, Lula Kamal saat ditemui wartawan di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), Jakarta, Rabu (30/1/2013). Ia menjelaskan methylenedioxymethcathinone, zat narkotika yang dikonsumsi Raffi Ahmad punya efek serupa dengan ekstasi, yaitu menyebabkan halusinasi. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia kini memasuki fase 'mencoba menerima' untuk berdamai dan berdampingan dengan Covid-19.

Namun bagaimana dengan Indonesia ?

Praktisi Kesehatan dr. Lula Kamal, M.Sc., mengatakan bahwa makna dari hidup berdampingan itu adalah mencoba menerima keberadaan virus tersebut, sambil tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Kita masih protokol kesehatan, kita harus pakai masker yang kadang-kadang sesak kalau kita bicara panjang lebar, karena udara untuk bernapas terasa kurang, juga masih harus jaga jarak. Tapi bisa tidak, kita hidup berdampingan dengan Covid-19? Bisa," ujar dr. Lula, dalam webinar Allianz Life Indonesia bertajuk 'Mungkinkah Kita Hidup Berdampingan dengan Covid-19?', Kamis (21/10/2021).

Baca juga: Kasus Covid-19 Tinggi, RI Belum Buka Pintu Masuk untuk Rusia

Baca juga: Masyarakat Diimbau Patuhi Aturan dan Syarat Baru Perjalanan di Tengah Pandemi Covid-19

Kendati masih harus terus menerapkan protokol kesehatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan farmasi kini tidak hanya menghasilkan vaksin untuk virus tersebut, namun juga mulai menemukan obat yang diklaim bisa membuat Covid-19 menjadi penyakit yang tidak terlalu mengkhawatirkan.

Bahkan Lula menyebut penyakit ini nantinya kemungkinan akan mirip seperti tifus atau tipes, mereka yang mengalaminya bisa kembali pulih setelah mengkonsumsi obat.

"Paling jelas seperti sakit tifus, kita kasih obatnya, selesai dan sembuh, ada antibiotiknya untuk menyelesaikan," kata dr. Lula.

Berita Rekomendasi

Obat yang diklaim dapat mengurangi jumlah kasus rawat inap dan kematian di Amerika Serikat (AS) dan sedang diperbincangkan secara global itu disebut Molnupiravir yang dikembangkan perusahaan farmasi AS, Merck.

Baca juga: Kata Siti Nadia Tarmizi Soal Wacana Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun

"Kalau Covid-19 ada antivirusnya, yakni Molnupiravir untuk menyelesaikan, obatnya ketemu, maka selesai (pandemi ini), itu harapan kita semua," jelas dr. Lula.

Sementara it, Head of Employee Benefits Allianz Life Indonesia, Nicolaus Satya Bharata mengatakan dalam masa pandemi ini, pihaknya berkomitmen untuk terus memberikan dukungan melalui penyediaan layanan konsultasi kesehatan secara online (telemedicine) dan teleconsultation.

"Kita sudah punya telemedicine dan teleconsultation, jadi orang-orang bisa di rumah saja melakukan chat dengan dokter untuk berobat, nanti obatnya dikirim," kata Nicolaus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas