Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Covid-19 Melandai, Tapi Ingat Gelombang Ketiga Bisa Terjadi Akhir Desember atau Januari 2022

Kasus Covid-19 di Indonesia terus melandai.Meski demikian masyarakat harus tetap waspada. Gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia bisa datang.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Kasus Covid-19 Melandai, Tapi Ingat Gelombang Ketiga Bisa Terjadi Akhir Desember atau Januari 2022
Tribun Palopo
Ilustrasi pasien Covid-19 yang dibawa petugas medis.Kasus Covod-19 Melandai, Tapi Ingat Gelombang Ketiga Bisa Terjadi Akhir Desember atau Januari 2022 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus Covid-19 di Indonesia terus melandai. Kasus aktif saat ini tercatat hanya di angka 15 ribuan. Positivity rate hanya sebesar 0,6 persen.

Tingkat kematian pun sangat rendah. Ini jelas situasi yang sangat menggembirakan.

Apalagi jika melihat pada Juni-Juli 2021 lalu kasus Covid-19 di Indonesia sangat tinggi.

Baca juga: Ingatkan Waspada Gelombang Ketiga Covid-19, Jokowi Minta Kesiapan PTM Benar-benar Dicek

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Indonesia Mungkin Alami Gelombang Ketiga, Kasus Rachel Vennya Bisa Jadi Pemicu

Meski demikian masyarakat harus tetap waspada. Protokol kesehatan harus tetap dijaga.

Karena bukan tidak mungkin kasus positif Covid-19 akan kembali meningkat.

Bahkan, terjadinya gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia disebut suatu keniscayaan.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual, Rabu (1/9/2021)
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers virtual, Rabu (1/9/2021) (screenshot)

Menurut Juru Bicara (Jubir) Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, gelombang ketiga kasus Covid-19 pasti akan datang di Indonesia. Itu bisa terjadi seiring mulai dilonggarkannya protokol kesehatan dalam sejumlah aktivitas masyarakat.

Berita Rekomendasi

Mobilitas masyarakat pun juga kian meningkat, diiringi dengan intensnya interaksi secara langsung.

Hal itu yang menurut Nadia bisa memicu terjadinya gelombang ketiga. Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes itu menjelaskan, terjadinya gelombang ketiga juga sesuai dengan sifat SARS-CoV-2 yang tertera pada jurnal ilmiah yang dikeluarkan para ahli.

Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. (freepik.com)

"Kita tahu dari jurnal ilmiah menyatakan bahwa Covid menimbulkan gelombang epidemiologi berkali kali. Tidak cukup ia mencapai satu puncak gelombang kemudian turun seperti yang saat ini kita alami.

Dia akan menimbulkan serangan beberapa kalim baru mungkin nanti dengan vaksinasi lebih luas bukan hanya masyarakat Indonesia tapi global, baru akan terjadi penurunan kasus," kata Nadia dalam diskusi daring, Jumat (22/10/2021).

Indonesia sendiri sudah mengalami dua gelombang puncak corona. Pertama pada Januari 2021, yang kedua Juni-Juli 2021.

Nadia menjelaskan gelombang ketiga kemungkinan besar akan terjadi pada akhir tahun 2021 atau awal 2022.

Contohnya sudah terjadi di sejumlah negara, seperti di China, Inggris hingga Amerika Serikat.

Diketahui, sejumlah negara mengalami lonjakan kasus virus corona. Di antaranya Rusia, Inggris, Jerman, China, Singapura, Belgia, Slovenia, Polandia, hingga Republik Ceko.

Staf medis merawat seorang pasien Covid-19 di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, Provinsi Hubei, pada 16 Februari 2020. China mendesak WHO menyelidiki Laboratorium Fort Detrick dan Universitas North Carolina untuk mencari asal-usul virus Corona.
Staf medis merawat seorang pasien Covid-19 di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, Provinsi Hubei, pada 16 Februari 2020. China mendesak WHO menyelidiki Laboratorium Fort Detrick dan Universitas North Carolina untuk mencari asal-usul virus Corona. (AFP)

Di China, akibat klaster dari turis, penerbangan jadi banyak yang dibatalkan kembali. Setidaknya sembilan provinsi mencatatkan kasus baru dalam jumlah yang tak sedikit.

Di Inggris, kasus virus corona mencapai 43.324 dalam sehari yakni pada 19 Oktober lalu.

Lonjakan terjadi karena kegiatan masyarakat sudah benar-benar dilonggarkan.

Sementara di Rusia, ada penambahan lebih dari seribu kasus baru dalam sehari. Jumlah kematian pun lebih dari seribu kasus dalam sehari tepatnya pada 19 Oktober lalu sehingga pembatasan kegiatan diterapkan kembali.

Menurut Nadia, di negara-negara itu cakupan vaksinasinya sudah lebih dari 70 persen.

Namun ketika dilakukan pelonggaran protokol kesehatan, lalu muncul varian baru, tetap terjadi peningkatan kasus.

Pasien Covid-19 yang sedang dirawat di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat ikut melihat dan mengantarkan ayahnya yang meninggal dunia karena Covid-19 dari atas mobil ambulans. Rabu (21/7/2021).
Pasien Covid-19 yang sedang dirawat di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat ikut melihat dan mengantarkan ayahnya yang meninggal dunia karena Covid-19 dari atas mobil ambulans. Rabu (21/7/2021). (Ferryal Immanuel/Tribunnews.com)

"Gelombang ketiga adalah sesuatu yang niscaya atau pasti terjadi. Karena apa? Negara yang sudah mengalami gelombang ketiga memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, memiliki tingkat prokes yang sudah baik seperti di Inggris, AS, prokesnya lebih relaksasi. Mereka sudah enggak pakai masker di tempat terbuka, jaga jarak sudah tak ada. Sementara cakupan vaksinasi 70 persen. Tapi begitu ada varian Delta mereka struggling meski kematian rendah," imbuhnya.

Apalagi peningkatan mobilitas diprediksi bakal terjadi di libur Natal dan Tahun Baru.

Di saat yang sama selalu ada potensi peningkatan kasus. Oleh karena biasanya relaksasi aktivitas sosial termasuk ibadah dan ekonomi akan berdampak ke kesadaran masyarakat untuk patuh protokol kesehatan.

Tenaga medis melakukan rapid test (tes cepat) Covid-19 terhadap warga di Gelanggang Remaja Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (23/11/2020). Polda Metro Jaya menyelenggarakan bakti sosial penyemprotan cairan disinfektan dan rapid test atau tes cepat Covid-19 karena adanya temuan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dari jemaah Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di kawasan Tebet. Tribunnews/Herudin
Tenaga medis melakukan rapid test (tes cepat) Covid-19 terhadap warga di Gelanggang Remaja Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (23/11/2020). Polda Metro Jaya menyelenggarakan bakti sosial penyemprotan cairan disinfektan dan rapid test atau tes cepat Covid-19 karena adanya temuan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dari jemaah Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di kawasan Tebet. Tribunnews/Herudin (Tribunnews/Herudin)

"Kita tahu akhir tahun ini ada beberapa hal yang berpotensi memicu kenaikan kasus. Maulid Nabi, cukup banyak pergerakan terjadi Perayaan Natal dan Tahun Baru," jelas dia.

Lantas seberapa genting situasi gelombang ketiga nanti? Menurut Nadia mutasi virus SARS-CoV-2 bisa memberikan kontribusi besar pada kenaikan kasus covid-19 di Indonesia.

Kendati demikian, Nadia belum bisa memastikan seberapa tinggi lonjakan kasus Covid-19 pada gelombang tiga. Dia hanya menyatakan bahwa pemerintah berupaya untuk mengantisipasi lonjakan.

"Kalau kita bandingkan dengan gelombang pertama pasti lebih tinggi karena jenis virusnya berbeda. Bahkan kita mengalami kasus yang lebih tinggi pada Juli kemarin sampai 54 ribuan kasus," tutur Nadia.

"Jadi bisa sama, bisa sedikit meningkat atau bahkan bisa lebih tinggi dari Juli. Nah ini tentunya tidak kita inginkan kalau lebih tinggi dari Juli, itu kita sudah merasakan seperti apa kondisi kita, sangat mencekam di bulan Juli," katanya.

Nadia menjelaskan, angka kasus pada gelombang ketiga bisa ditekan apabila vaksinasi semakin luas.

Kesadaran masyarakat tentunya juga harus dijaga. "Seberapa besar yang terjadi di Desember 2021 atau Januari 2022.

Beberapa ahli membuat modelling. Ada yang menyebut kondisinya bisa sama di 2020/2021, bisa sedikit meningkat, atau bahkan lebih tinggi dari Juni. Itu tidak inginkan, situasi yang mencekam sekali. Apa yang kita bisa lakukan? Balancing vaksinasi, testing yang cepat untuk dapat kasus positif dipisahkan dari kasus negatif," ungkapnya.

Oleh karena itu, Nadia meminta masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan meski sudah divaksinasi lengkap.

Ia mengatakan, seluruh masyarakat harus tetap waspada sambil menunggu cakupan vaksinasi menjangkau 208 juta target sasaran. "Nanti ada kondisi tersebut, barulah mungkin kita akan bisa betul-betul full relaksasi tetapi tetap waspada," ucap Nadia.

"Artinya dengan cara prokes. Kita harus tahu tidak penting melakukan aktivitas kita tidak perlu supaya pergerakan masyarakat hanya yang esensial," imbuhnya.(tribun network/ais/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas