Omicron Mungkin Berkembang pada Penderita AIDS yang Tidak Diobati?
Identifikasi varian baru virus corona Omicron di Afrika Selatan telah mendorong diadakannya konferensi pers darurat oleh Ahli Virologi negara itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JOHANNESBURG - Identifikasi varian baru virus corona (Covid-19) B.1.1529 atau Omicron di Afrika Selatan telah mendorong diadakannya konferensi pers darurat oleh Ahli Virologi negara itu, Tulio de Oliveira.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis lalu pun telah melakukan pertemuan darurat untuk membahas varian baru yang membawa 'konstelasi mutasi yang tidak biasa'.
Varian ini telah diidentifikasi beredar di Afrika Selatan dan Botswana, memicu kekhawatiran akan terjadinya gelombang pandemi baru di wilayah tersebut.
Baca juga: Pemerintah Antisipasi Virus Corona Varian Omicron Tidak Meledak Seperti di Eropa
Baca juga: Besok Hari AIDS Sedunia, Kenali Gejala Awal HIV
"Sayangnya, kami telah mendeteksi varian baru yang menjadi perhatian di Afrika Selatan," kata de Oliveira, dalam konferensi pers.
Dikutip dari laman The Hindustan Times, Selasa (30/11/2021), Afrika Selatan sebelumnya juga menjadi negara pertama yang mendeteksi varian Beta, yang kemudian diberi label sebagai 'varian yang menjadi perhatian' oleh WHO.
Hal itu karena sifat penularan dan kemampuannya untuk menghindari kekebalan yang diinduksi vaksin.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para ilmuwan Afrika Selatan sedang bekerja untuk memahami implikasi potensial dari varian Omicron yang ditemukan dalam 22 kasus Covid-19 setelah pengurutan genom.
"Meskipun datanya terbatas, para ahli kami bekerja lembur dengan semua sistem pengawasan yang ada untuk memahami varian baru dan apa implikasi potensialnya," kata pernyataan itu, mengutip apa yang disampaikan Profesor NICD Adrian Puren.
Pada Rabu lalu, Profesor Biologi Sistem Komputasi dan Direktur di UCL Genetics Institute, Francois Balloux mengatakan bahwa varian tersebut kemungkinan berevolusi selama infeksi kronis pada orang yang mengalami gangguan kekebalan (immunocompromised).
Ini karena sejumlah besar mutasi yang telah terakumulasi tampaknya ada dalam satu ledakan.
Dalam siaran pers Science Media Centre, Balloux menyampaikan bahwa orang yang mengalami immunocompromised itu kemungkinan adalah mereka yang tergolong sebagai pasien HIV/AIDS yang tidak diobati.
"Sulit untuk mengetahui apa yang harus dibuat dari gerbong P681H dan N679K, ini adalah kombinasi yang sangat jarang kita lihat. Sulit untuk memprediksi seberapa menularnya pada tahap ini," kata Balloux.