Umumkan Varian Omicron, Afrika Selatan Diblok Sejumlah Negara, Apakah Itu Upaya Tepat? Ini Kata Ahli
Usai laporan munculnya Omicron membuat sejumlah negara melakukan tindakan untuk mencegah varian tersebut masuk.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah 24 November 2021, para ilmuan di Afrika selatan melaporkan varian virus Covid-19 terbaru yaitu Omicron.
Varian ini langsung dinobatkan sebagai Varian of Concern (VoC).
Beberapa negara pun mulai melakukan tindakan. Salah satunya melakukan pembatasan di pintu masuk.
Bahkan Afrika Selatan yang pertama kali mengumumkan varian Omicron ditempatnya harus menerima blokade dari beberapa negara.
Baca juga: Omicron Picu Infeksi Ulang 3 Kali Lipat Dibandingkan Delta, Berisiko pada Anak dan yang Tak Divaksin
Lantas benarkah melakukan blok pada pintu masuk negara adalah upaya yang tepat?
Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University Dicky Budiman, saat wabah tidak diperlukan blokade karena dianggap tidak efektif.
Baca juga: Thailand Deteksi Kasus Pertama Varian Omicron pada Seorang Warga AS
"Saya, dalam International Health Regulation yang merupakan perjanjian internasonal dimanajeri WHO, menyatakan kalau ada wabah, tidak boleh ada blokade karena berbasis sains, pengalaman pandemi sebelumnya enggak efektif," ungkapnya pada acara talkshow secara virtual, Senin (6/12/2021).
Karena penyakit yang baru saja ditemukan bukan berarti baru ada saat itu juga.
Kemungkinan penyakit tersebut sudah ada sejak dua atau tiga minggu sebelumnya. Hal ini pula yang terjadi pada varian Omicron.
"Kebetulan saja Afrika selatan menemukan karena memiliki kemampuan deteksi yang bagus. Artinya kalau dihukum Afrika Selatan salah kaprah," tegas Dicky.
Karena terbukti secara sains yang memproteksi indonesia dari ancaman itu adalah penguatan pintu perbatasan. Tentunya dengan scanning yang sekarang sudah mulai bagus.
Baca juga: Thailand Deteksi Kasus Pertama Varian Omicron pada Seorang Warga AS
Selain itu, penguatan tersebut bertambah karena adanya sistim kekebalan melalu survelens genomic dan 3T. Selanjutnya adalah protokol kesehatan yaitu 5M dan program vaksinasi.
"Jadi sekarang ada negara Israel, Cina, Jepang, menutup diri ya cuma menunda saja, termasuk kita, itu sebenarnya by time. Waktu saja, tapi sebetulnya bisa jadi udah di dalam," pungkasnya.