Kasus Covid-19 Masih Terkendali, Haruskah Cabut Status Darurat Kesehatan? Ini Kata Satgas Covid-19
Pandemi Covid-19 di Indonesia disebut terkendali. Sebab, telah terjadi penurunan kasus secara signifikan sejak lonjakan kasus beberapa bulan lalu.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 di Indonesia disebut cukup terkendali.
Sebab, telah terjadi penurunan kasus secara signifikan sejak lonjakan kasus beberapa bulan yang lalu.
Situasi ini menimbulkan beberapa pendapat, seperti yang disebut Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono, bahwa Indonesia telah masuk ke tahap endemi.
Bahkan saat ini menurutnya situasi sudah bisa mendorong presiden untuk mencabut status kedaruratan kesehatan.
"Kalau sudah dicabut, BNPB tidak punya tugas mengatasi wabah. Kita bisa berorientasi untuk membangun sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan," kata Pandu pada siaran Radio MNC Trijaya FM, Selasa (28/12/2021).
Baca juga: Satgas Covid-19 Keluarkan Aturan Terbaru bagi Pelaku Perjalanan Internasional
Namun, menurut Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Alexander Ginting infeksi Covid-19 masih berpotensi terjadi lonjakan kasus yang cukup cepat.
Apalagi dengan adanya kemunculan varian Omicron ini. Di sisi lain, kondisi tiap daerah yang berbeda juga memengaruhi risiko kenaikan kasus infeksi Covid-19.
"Ini harus menjadi catatan kita karena tidak hanya membicarakan pulau Jawa saja. Tetapi di luar pulau Jawa-Bali tidak begitu padat, tetapi infrastruktur tidak sama seperti di Jakarta,"ungkapnya pada siaran Radio MNC Trijaya FM, Selasa (28/12/2021).
Satu di antaranya seperti pelayanan kesehatan secara promotif dan preventif tidak sama antar tiap daerah. Khususnya di luar pulau Jawa dan Bali. Begitu juga dengan situasi alam, kultur dan geografis yang berbeda.
Alexander pun menyebutkan adanya perbedaan yang signifikan karena demografi. Sehingga kondisi di pulau Jawa bukan berarti gambaran dari seluruh daerah di tanah air.
"Seperti Kalimantan Timur, itu provinsi terakhir keluar dari PPKM level 3. Di sana ada dua kota industri dan pintu masuk dari Tarakan. Sebenarnya penduduk relatif lebih kecil, tetapi angka infeksi temuan kasus cukup tinggi di saat Jawa dan Bali mereda," kata Alexander lagi.
Lalu faktor selanjutnya adalah semua kota besar di Indonesia saling terkoneksi. Baik jalur udara, darat dan laut. Sehingga jika terjadi peningkatan kasus di jawa, maka tidak menunggu waktu lama akan menyebar ke pulau lain.
"Atau sebaliknya, peningkatan kasus Sumatera berdampak ke Jawa. Dan kemudian dengan kasus Omicron lambat lain akan masuk ke masyarakat," katanya lagi menambahkan.
Menurutnya yang lebih penting sekarang ini adalah bagaimana menurunkan kasus dan bisa dikontrol secara baik. Tentunya dengan mengajak masyarakat taat protokol kesehatan.