Sebaran Kasus Aktif Corona di Indonesia 9 Februari 2022: DKI Jakarta Tertinggi, Jatim Masuk 5 Besar
Berikut sebaran kasus aktif Covid-19 di 34 provinsi di Indonesia, Rabu (9/2/2022).
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Berikut sebaran kasus aktif Covid-19 di 34 provinsi di Indonesia, Rabu (9/2/2022).
Diketahui, hari ini terdapat penambahan kasus virus corona sebanyak 46.843 kasus.
Sebelumnya, Selasa (8/2/2022), kasus positif Covid-19 bertambah 37.492 kasus.
Hal ini berarti terjadi penambahan lebih dari sepuluh ribu kasus dibanding Senin kemarin.
Baca juga: Update 9 Februari, Covid-19 di Jakarta Capai 14.353 Kasus
Bertambahnya 46.843 kasus hari ini menjadikan total kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 4.626.936 kasus.
Hal tersebut berdasarkan data yang diterima Tribunnews.com pada Rabu sore pukul 18.00 WIB.
Sementara itu, pada hari ini terjadi penambahan kasus aktif Covid-19 sebanyak 32.762 kasus.
Hal tersebut menjadikan total kasus aktif Covid-19 di Indonesia menjadi 265.824 kasus.
Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona 9 Februari 2022: Tambah 46.843 Kasus Baru, Total 4.626.936 Positif
Berikut sebaran kasus aktif Covid-19 di 34 provinsi di Indonesia berdasarkan data dari laman resmi covid19.go.id pada Rabu (9/2/2022):
DKI JAKARTA: 87.096
JAWA BARAT: 75.041
BANTEN: 42.557
BALI: 15.008
JAWA TIMUR: 10.020
JAWA TENGAH: 5.419
SUMATERA UTARA: 2.659
Baca juga: Sebaran 46.843 Corona 9 Februari 2022,Tertinggi DKI Jakarta Sumbang 14.353 Kasus
PAPUA: 2.521
DI YOGYAKARTA: 2.498
KALIMANTAN SELATAN: 2.213
LAMPUNG: 2.035
NUSA TENGGARA BARAT: 1.646
SUMATERA SELATAN: 1.449
SULAWESI SELATAN: 1.406
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia 9 Februari 2022 Bertambah 46.843, Berikut Sebarannya di 34 Provinsi
MALUKU: 1.349
RIAU: 1.304
KALIMANTAN TIMUR: 1.280
SULAWESI UTARA: 718
SUMATERA BARAT: 715
PAPUA BARAT: 680
KEPULAUAN RIAU: 663
Baca juga: Berisiko Tertular Covid-19: Anak di Bawah 2 Tahun Tak Dianjurkan Memakai Masker
KALIMANTAN BARAT: 606
BANGKA BELITUNG: 523
NUSA TENGGARA TIMUR: 489
KALIMANTAN TENGAH: 467
SULAWESI TENGGARA: 334
JAMBI: 322
BENGKULU: 225
Baca juga: UPDATE Covid-19 Indonesia 9 Februari 2022: Tambah 46.843 Positif, 14.016 Sembuh, 65 Meninggal
ACEH: 214
SULAWESI TENGAH: 150
GORONTALO: 62
KALIMANTAN UTARA: 57
MALUKU UTARA: 56
SULAWESI BARAT: 43
Baca juga: Molnupiravir dan Paxlovid Jadi Obat Antivirus Terbaru untuk Pasien Covid-19
Pakar Epidemiologi Optimis Status Pandemi Covid-19 Bisa Dicabut
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman menyebutkan jika pandemi Covid-19 akan berakhir.
"Saya punya optimisme akhir tahun ini atau awal tahun depan bisa keluar dari status pandemi. Status pandemi siapa yang cabut? Iya itu dari WHO," ungkapnya kepada Tribunnews, Rabu (9/2/2022).
Agar status pandemi Covid-19 dicabut, setidaknya setengah kawasan dunia ini masuk kategori terkendali.
"Tapi ketika status pandemi ditarik, dunia ini akan terbagi atas tiga kategori. Ada yang endemi, epidemi atau terkendali. Endemi itu sebetulnya bukan aman, tapi tetap ada kasus kematian. Tapi stabil karena angka reproduksi 1 ke bawah," kata Dickyn.
Baca juga: Ini Gejala Covid-19 Varian Omicron yang Perlu Diwaspadai, Batuk hingga Mual
Tapi kalau status epidemi, kasus lebih kepada naik dan turun.
Menurut Dicky, kecenderungan pandemi Covid-19 saat ini lebih kepada ke arah epidemi di beberapa negara.
Namun, ia pun berharap terkait potensi itu agar Indonesia bisa mengupayakan untuk masuk ke dalam level terkendali.
Pada status terkendali, ditandai dengan tidak adanya kasus selama berbulan-bulan.
"Baik kesakitan maupun kematian. Itu yang harus kita capai. Dan modal besar arah itu kembali ke imunitas. Lanskap imunitas harus ditingkatkan sampai 80 persen total penduduk kita dalam dosis penuh atau dua dosis," kata Dicky.
Baca juga: Anak Anda Batuk Pilek, Waspada Terpapar Covid-19 Varian Omicron
Selain itu, meningkatkan imunitas masyarakat dengan menyuntikkan booster 50-60 persen.
Dicky pun menyarankan target ini harus bisa dicapai pada November tahun ini.
Karena hal itu akan menjadi modal untuk masuk ke fase yang lebih baik.
Meski ada gelombang kasus atau pun varian baru, daya tahan tubuh menjadi modal utama.
"Jadi lonjakan kasus hanya pada daerah dengan cakupan vaksinasi masih buruk. Nanti seperti itu. Tapi itu sudah tidak menganggu aktivitas. Maka level PPKM pun akan makin rendah, ketika pandemi dicabut," katanya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Aisyah Nursyamsi)