Satgas Covid-19 Sebut Tingkat Kepatuhan Masyarakat Terhadap Prokes Meningkat di Bulan Februari
Jika dibanding pada Januari kemarin, nilai kepatuhan ada di 7,8. Namun Januari lebih baik dari pada bulan sebelumnya yaitu Desember 2021.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19, Sonny Harry B Harmadi jika Satgas Covid-19 terus menantau bagaimana perkembangan kepatuhan protokol kesehatan.
Ia mengatakan jika hal ini telah dilakukan awal, dimulai dari hal yang sederhana. Di antaranya bagaimana memantau kepatuhan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menghindari kerumunan (3T).
Menurut Sonny, saat ini tingkat kepatuhan di bulan Februari cukup tinggi.
Bahkan ia mengungkapkan nilai kepatuhan masyarakat lebih baik dari bulan sebelumnya.
Baca juga: Masih PPKM Level 3, Polda Metro Razia Prokes di Tiga Tempat Hiburan Malam
"Kalau dilihat sekarang di Februari allhamdulillah terjadi kenaikan. Lebih baik dari bulan Januari kemarin. Kita lihat kepatuhan memakai masker misalnya, kepatuhannya berada di angka 8,09," ungkapnya pada siaran Radio Kesehatan, Jumat (25/2/2022).
Sonny pun menjelaskan jika skor kepatuhan dinilai dari 1-10. Satu tidak patuh dan 10 sangat patuh. Dan saat ini tingkat kepatuhan masyarakat adalah 8,09 dan dinilai cukup tinggi.
Jika dibanding pada Januari kemarin, nilai kepatuhan ada di 7,8. Namun Januari lebih baik dari pada bulan sebelumnya yaitu Desember 2021.
"Kalau kami perhatikan setiap kali masuk ke periode libur panjang seperti Desember tahun lalu, atau Mei - Juni, tingkat kepatuhan prokes biasanya turun. Mei turun, Desember juga turun" papar Sonny lagi.
Kalau berkaca pada data kepatuhan prokes di tahun 2021, nilai kepatuhan paling tinggi adalah di bulan Oktober yaitu skornya mencapai 8,25 untuk memakai masker.
Namun November turun hingga Desember. Barulah di bulan Januari 2022, naik sedikit dan Februari terus bertambah naik. Menurut Sonny hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah memahami persepsi risiko.
Sehingga masyarakat sudah bisa melakukan scanning mandiri dan melakukan perilaku adaptif.
"Ketika butuh pakai masker, mereka pakai masker. Jadi itu kabar baiknya, sudah bisa menilai dan punya pemahaman risiko terhadap penularan," pungkasnya.