Jelang Ramadan, Masyarakat Perlu Waspadai Sub Varian Omicron BA.2
Secara data global, sub varian Omicron yaitu BA.2 kini menjadi perhatian dan berpotensi menjadi ancaman yang dapat memperburuk situasi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Secara data global, sub varian Omicron yaitu BA.2 kini menjadi perhatian dan berpotensi menjadi ancaman yang dapat memperburuk situasi.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Kondisi lonjakan kasus telah terjadi di beberapa wilayah di dunia.
Di antaranya seperti Eropa, Cina, Hongkong dan Korea. Sehingga diprediksi sekitar dua hingga minggu ke depan akan ada lonjakan kasus di Amerika dan India.
"Di antara BA.2 dan Deltacron, BA.2 ini yang harus kita waspadai saat ini. Bukan berarti Deltacron diabaikan. Tapi secara data, fakta, itu BA.2 yang Indonesia bisa berpotensi menyebabkan lonjakan baru," ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (25/3/2022).
Meskipun kata Dicky, gelombang baru tidak sebesar varian Omicron. Di sisi lain cenderung akan berdampak pada daerah tertentu.
Terutama cakupan daerah yang vaksinasi Covid-19 masih belum memadai khusus dosis dua dan booster. Oleh karena ada beberapa hal yang harus menjadi catatan.
Apa lagi saat ini sedang menjelang aktivitas bulan Ramdan dan hari raya Idul Fitri. Sub varian BA.2 ini menjadi salah satu yang mesti diwaspadai.
Baca juga: Kemenkes: Lonjakan Subvarian Omicron BA.2 di Indonesia Terkendali
Apa lagi cakupan vaksinasi Covid-19 masih rendah di beberapa daerah. Hal ini tentu cukup mengkhawatirkan, khususnya bagi kelompok berisiko.
"Jadi harus kuat mitgasinya. Ditambah dengan booster dan protokol kesehatan. Kemudian di masa puasa atau lebaran, kelonggaran bisa terjadi. Namun harus ditingkatkan upaya mitigasi," tegas Dicky.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengejar cakupan vaksinasi Covid-19 untuk dosis dua dan tiga atau booster.
Upaya ini terhitung cukup membantu merendam lonjakan kasus. Khususnya pada kelompok rawan seperti orang lanjut usia dan mereka yang memiliki komorbid.
"Mereka yang menjadi kontributor dari kasus hunian rumah sakit dan kematian. BA.2 ini kecepatannya lebih cepat dari Delta. Dan orang yang belum mendapatkan vaksinasi baru satu dosis berisiko fatal saat terinfeksi," pungkasnya.