Indonesia Dinilai Perlu Pertimbangkan Pemberian Booster Kedua Covid-19
makin banyaknya negara yang memberi booster kedua, sebagai upaya transisi menuju ke arah terkendalinya Covid-19 di Indonesia.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mendapatkan vaksinasi booster kedua pada Rabu (30/3/2022).
Dengan demikian, pemerintah Amerika Serikat telah mengizinkan booster kedua untuk kelompok usia di atas 50 tahun.
Perlukah Indonesia mengikutinya?
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menerangkan, Organisasi kesehatan dunia atau WHO melalui SAGE (Strategic Advisory Group of Experts on Immunization) memang belum memberi rekomendasi yang jelas dan pasti tentang perlu tidaknya pemberian booster kedua ini.
Tetapi, dengan makin banyaknya negara yang memberi booster kedua, sebagai upaya transisi menuju ke arah terkendalinya Covid-19 di Indonesia.
Menurutnya, akan baik kalau ditetapkan kebijakan pemberian booster kedua didalam negeri.
Walaupun disadari cakupan booster pertama RI hingga hari ini baru sekitar 10 persen.
Baca juga: Belum Booster saat Mudik? Kemenhub Sediakan Fasilitas Vaksinasi di Bandara hingga Terminal
"Kalau memang Indonesia akan memulai booster kedua maka akan baik kalau sekarang hanya diimplementasikian pada kelompok WHO SAGE yang pertama, yaitu Prioritas paling tinggi - highest priority seperti Lansia, tenaga kesehatan dan mereka dengan immunocompromised," tuturnya dalam pesan tertulis yang diterima, Jumat (1/4/2022).
Saat ini tutur Tjandra, kegiatan booster pertama harus terus digalakkan, demikian juga cakupan vaksinasi primer perlu terus ditingkatkan.
Guru Besar FKUI ini menerangkan, WHO SAGE roadmap for prioritizing use of COVID-19 vaccines versi terbaru 2022 menyebut empat kelompok prioritas mendapatkan vaksin Covid-19, yaitu:
I. Prioritas paling tinggi (“highest priority”), yaitu Lansia, tenaga kesehatan dan mereka dengan immunocompromised.
II. Prioritas tinggi
III. Prioritas menengah
IV. Prioritas rendah.