Daerah Asal dan Tujuan Mudik Hampir 100 Persen Miliki Antibodi Covid-19, Tapi Ingat Tetap Prokes
Tim pandemi Covid-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan melakukan sebuah survei.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Tim pandemi Covid-19 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan melakukan sebuah survei.
Survei ini bertujuan untuk mempersiapkan apakah penduduk di daerah asal dan tujuan mudik memiliki imunitas cukup.
Sehingga hasilnya bisa dipakai sebagai basis untuk kebijakan pelonggaran dan mudik yang saat ini telah diizinkan pemerintah.
Baca juga: Daerah Asal dan Tujuan Mudik Hampir 100 Persen Miliki Antibodi Covid-19
Baca juga: Epidemiolog UI Pandu Riono: Varian Omicron Penyebarannya Cepat, Kasus Kesakitan Rendah
"Hasil survei ternyata mendukung. Proporsi penduduk hampir 100 persen asal dan tujuan daerah mudik mempunyai antibodi 99,2 persen," ungkap Tim Pandemi UI, Pandu Riono dalam konferensi pers virtual, Rabu (21/4/2022).
Sedangkan peningkatan proporsi penduduk wilayah asal dan tujuan mudik Jawa-Bali cukup besar yaitu sebesar 6,2 persen dalam tiga bulan.
Dan terpenting ada peningkatan kadar antibodi SARS-CoV-2. Dari media survei Serologi bulan November-Desember 2021 sebanyak 434,2 unit per milimeter (U/ml).
Kini medianya menjadi 5698 U/ml.
"Jadi lebih dari 10 kali lipat. Dan ini penting bagi kita meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pemerintah, bahwa imunitas penduduk wilayah asal dan tujuan mudik sangat tinggi," paparnya lagi.
Bahwa vaksinasi mampu menekan risiko masuk rumah sakit karena terinfeksi hingga kematian. Begitu juga kegiatan yang cukup masif yaitu hari Raya Idul Fitri 2022.
Namun ia menekankan jika kadar antibodi yang meningkat bukan berarti masyarakat melepas disiplin protokol kesehatan.
"Kita tetap harus mendorong masyarakat patuh prokes supaya tetap sehat selama perjalanan sehingga mengurangi risiko penularan. Karena pandemi belum selesai," tegasnya.
Pelonggaran memang telah telah diizinkan, dan imunitas sudah bisa menjadi modal dasar. Tetap bukan berarti boleh euforia secara berlebihan.