Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kesehatan Jiwa Masyarakat, Empat Kelompok Ini Paling Terdampak

Selama pandemi, kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Willem Jonata
zoom-in Pandemi Covid-19 Pengaruhi Kesehatan Jiwa Masyarakat, Empat Kelompok Ini Paling Terdampak
Financial Express
Ilustrasi Covid-19 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan drg. Vensya Sitohang mengatakan, pandemi Covid-19 memberi pengaruh kejiwaan di masyarakat.

Misalnya, masalah gangguan mental neurologis dan juga penggunaan zat yang meningkat.

Angka prevalensinya naik satu sampai dua kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Ditambahkan Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K), kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula.

Kelompok yang pertama adalah mereka yang sebenarnya normal atau tidak ada masalah kesehatan jiwa, kemudian saat pandemi menjadi memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa.

Baca juga: Korea Utara Laporkan 8 Kematian Baru di Tengah Wabah Covid-19, Total 50 Orang Meninggal

Baca juga: Studi di India Temukan Hepatitis Akut pada Anak yang Pernah Terkena Covid-19

Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa, sebagai contoh tentang mereka yang sudah tinggal dengan kekerasan di rumah tangga.

Berita Rekomendasi

Kondisi itu membuat mereka menjadi begitu dekat dengan pelakunya terus-menerus di rumah tangga, sehingga masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar.

Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan.

Sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat.

Demikian juga orang dengan gangguan jiwa tidak bisa memiliki akses pengobatan

Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak kita temukan di bulan Juli 2021 waktu gelombang kedua pandemi Covid-19.

Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.

''Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi Covid-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri. Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,'' kata dr. Hervita dalam kegiatan virtual beberapa waktu lalu.

Baca juga: Ketika Pandemi Covid-19 Dicabut, Pakar Epidemiologi Sebut Dunia Akan Terbagi Menjadi Tiga Situasi

Sejalan dengan komitmen global untuk mengatasi masalah kesehatan mental, ASEAN plus Three Leader (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea) mengakui promosi kesehatan mental diidentifikasi sebagai salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015.

Drg. Vensya melanjutkan promosi itu dilakukan antara lain dengan mempromosikan berbagai model dan praktek efektif tentang program dan intervensi kesehatan mental diantara negara anggota ASEAN, dan peningkatan integrasi program kesehatan mental di tingkat perawatan primer dan sekunder.

''Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara 15th ASEAN Health Ministers Meeting ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,'' ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas