Pakar Epidemiologi: Dosis Ketiga Vaksin Covid-19 Harus Dikejar untuk Menghindari Fatalitas
Kenaikan kasus Covid-19 menjadi hal yang bisa diprediksi. Dan ini bukan menjadi sesuatu yang aneh.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan kasus Covid-19 menjadi hal yang bisa diprediksi. Dan ini bukan menjadi sesuatu yang aneh.
Ada beberapa faktor mengapa ini terjadi. Di antaranya penurunan proteksi dan ada re-infeksi.
Kemudian banyak mayoritas penduduk Indonesia yang masih belum mendapatkan vaksin booster Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
"Kita mendapat pesan kuat bahwa penting sekali, booster dosis ketiga itu. Bahkan defenisi dosis vaksinasi penuh kecenderungannya tiga dosis. Dengan booster mungkin dosis keempat," ungkapnya pada Tribunnews, Jumat (10/6/2022).
Artinya, Indonesia masih punya pekerjaan rumah dan harus segera dikejar. Karena apa yang terjadi di beberapa negara seperti Eropa, Portugal, Thailand, Amerika, kasus kematiannya meningkat.
Penyebabnya karena sub varian Omicron yaitu BA.4 dan BA.5. Salah satu penyebabnya masalah booster, yaitu masalah dosis ketiga yang rendah. Ini harus diwaspadai sehingga karena saat akan melakukan pelonggaran, situasi global perlu diperhatikan.
Karena PPKM itu adalah pengamanan kita menaungi intervensi selain protokol kesehatan, testing, treacing dan treatment. Dan juga vaksinasi Covid-19.
Meskipun penerapan PPKM tidak mesti seketat dulu. Akan banyak penyesuaian pelonggaran yang dilakukan. Seiring dengan perbaikan indikator. Namun harus diingat jika situasi saat ini belum aman.
Baca juga: Jaga Kekebalan Komunal Tidak Melemah, BIN Terus Intensifkan Vaksinasi Booster di Banten
Selain itu Dicky terus mengingatkan jika seiring berjalannya waktu di masa transisi, perlu untuk membangun komunikasi publik.
Maka status pandemi dicabut dan PPKM sudah tida ada, masyarakat sudah siap dengan perilaku Kesehatan yang jauh lebih baik.
Karena dunia tidak sama seperti sebelumnya. Saat ini manusia menghadapi banyak ancaman. Baik langsung dan tidak dari pandemi. Atau, berkaitan dengan kerentanan dari bumi karena perubahan iklim dan sebagainya.
"Di sisi lain yang harus dituju pemerintah adalah terkendali, bukan endemi. Karena endemi berbahaya dan tidak layak jadi target. Kita harus targetkan situasi yang terkendali. Itu yang harus kita lakukan,"tutupnya.