Pakar Dorong Pemerintah Bangun Komunikasi Risiko Hadapi Pandemi Dapatkan Kepercayaan Publik
Pemerintah perlu membangun kewaspadaan pada publik. Caranya adalah dengan membangun strategi komunikasi risiko.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah perlu membangun kewaspadaan pada publik.
Caranya adalah dengan membangun strategi komunikasi risiko.
Karena ketika menghadapi krisis kesehatan dan tidak terbangun kewaspadaan dari masyarakat, kemungkinan ada masalah dalam strategi komunikasi risiko.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman. Ia pun menekankan jika komunikasi risiko bukan hanya masalah memberikan pesan saja.
"Lebih dari itu, ada manajemen risiko di situ. Ada masalah bagaimana membangun kepercayaan. Bagaimana transparansi data dan ada banyak hal prinsip dalam komunikasi risiko," ungkapnya pada Tribunnews, Senin (13/6/2022).
Masalah ini tidak hanya dihadapi Indonesia. Namun banyak negara yang tidak terlalu berhasil membangun komunikasi risiko. Ketika situasi membaik, langsung disampaikan.
Banyak hal positif atau optimisme yang berlebihan. Sehingga yang terbangun bukan kewaspadaan. Berpuas diri, padahal situasi betul-betul belum siap dan benar.
Hal ini dikarenakan data risiko lainnya tidak disampaikan. Menurut Dicky ini yang akhirnya membuat strategi komunikasi risiko tidak pas.
Sehingga yang terjadi masyarakat merasa pandemi sudah selesai. Perlu ada evaluasi strategi komunikasi risiko. Ia pun mencontohkan negara Jepang yang tidak menerapkan kebijakan memakai masker.
"Sejak awal pandemi, yang dibangun adalah penyakit Covid-19 memiliki peran individu untuk meredamnya. Peran ini diperlukan mengindentifikasi gejala, kemudian dengan proteksi," papar Dicky.
Baca juga: Pakar Epidemiologi Anjurkan Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, Khususnya untuk Kelompok Rentan
Salah satu bentuk memproteksi diri adalah menggunakan masker karena bisa melindungi keluarga. Sehingga bisa terbangun sejak awal hingga sekarang. Penduduk Jepang suka rela mewajibkan diri sendiri memakai masker.
Selain itu komunikasi teori, hoax dan rumor masih bertebaran.
Hal ini terhitung cukup rentan dalam menghadapi ancaman wabah berikut. Karena tidak punya bekal memadai untuk membangun strategi komunikasi yang kuat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.