Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ahli Sebut PPKM dan Aturan Wajib Pakai Masker Tetap Penting untuk Hadapi Sub Varian BA.4 dan BA.5

Angka reproduksi sub varian BA.4 dengan BA.5 lebih mendominasi bila dibandingkan BA.2. Bahkan bisa jadi dua kali lipat.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
zoom-in Ahli Sebut PPKM dan Aturan Wajib Pakai Masker Tetap Penting untuk Hadapi Sub Varian BA.4 dan BA.5
Freepik
Ilustrasi virus corona 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika upaya pemerintah tidak memadai saat melakukan deteksi dini sekaligus pelonggaran yang berlebihan, ini bisa menyebabkan jumlah kasus Covid-19 meningkat akibat kehadiran BA.4 dan BA.5. 

Angka reproduksi sub varian BA.4 dengan BA.5 lebih mendominasi bila dibandingkan BA.2. Bahkan bisa jadi dua kali lipat.

Bahkan peningkatan kasusnya dalam seminggu bisa sampai 25 persen pada kelompok rawan. Termasuk populasi wilayah yang abai pada pencegahan.

Baca juga: Kota Ambon PPKM Level 1, Jumlah Pasien Covid-19 Tersisa 2 Orang

"Selalu saya ingatkan ketika ada wacana PPKM dihilangkan, saya ingatkan bahwa PPKM itu relate dengan status pandemi itu sendiri. Masih harus dipertahankan," ungkapnya pada Tribunnews, Minggu (18/6/2022).

Meski ada pelonggaran, kata dia, jangan kebablasan. Bagaimana pun situasi global akan berpengaruh.

Dan menurutnya, PPKM jangan dulu dicabut dengan alasan itu. Termasuk soal masker yang kalau perlu dianjurkan. Khususnya di tempat seperti ibadah, atau di rumah sakit.

BERITA TERKAIT

Tempat-tempat tersebut sangat rawan. Apalagi sarana transportasi, tetap wajib memakai masker.

"Selain itu peningkatan sirkulasi ventilasi udara menjadi sangat penting. Entah itu jendela yang ditambah, atau pendingin udara yang diperbaiki dan sebagainya. Itu harus dilakukan," tegas Dicky.

Di sisi lain, Dicky menyebut jika potensi kasus meningkat jelas akan terjadi.

Baca juga: Pakar: Sub Varian BA.4 dan BA.5 Dapat Sebabkan Infeksi Berulang 

Bahkan bisa berpotensi hingga puluhan ribu. Hanya yang membedakan, kemungkinan tidak akan membebankan fasilitas kesehatan. 

Dengan asumsi modal imunitas dan populasi muda Indonesia jauh lebih besar. Sekali lagi sulit untuk menghindari gelombang. Ia pun memprediksi gelombang kemungkinan terjadi pada akhir Agustus atau paling cepat Akhir Juli. 

"Karena modal tadi, modal demografi, modal imunitas cukup lebih baik dibandigkan Delta. Ini akan menjadi peredam sebelum mencapai kelompok rawan. Seperti lansia, komorbid, atau anak usia bawah lima tahun," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas