Presiden Jokowi Sebut Vaksinasi Booster Sepi Peminat, Begini Tanggapan Satgas Covid-19
Reaksi Satgas Covid-19 terkait pernyataan Presiden Joko Widodo menyebutkan jika kesulitan mencari peserta untuk suntik vaksin booster.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Respon Satgas Covid-19 terkait pernyataan Presiden Joko Widodo menyebutkan jika kesulitan mencari peserta untuk suntik vaksin booster.
Padahal Vaksin Booster Covid-19 masih banyak tersedia.
"Pemerintah berusaha meningkatkan distribusi vaksin booster ke seluruh daerah dibarengi dengan sosialisasi aktif ke masyarakat," kata Presiden Jokowi pada konferensi pers virtual, Selasa (21/6/2022).
Sebagaimana dengan negara lain, kata Wiku, Indonesia terus berupaya meningkatkan resiliensi atau ketahanan terhadap penularan virus.
Yaitu dengan meningkatkan cakupan vaksin Covid-19, khususnya booster secara terus-menerus.
"Salah satu cara pemerintah meningkatkan cakupan vaksinasi booster ialah dengan menerapkan wajib vaksin untuk berkegiatan," kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito.
Per Selasa 21 Juni 2022, atas kesepakatan lintas kementerian dan lembaga, Satgas Covid-19 telah merilis Surat Edaran No. 22 tahun 2022 tentang protokol kesehatan pada pelaksana kegiatan berskala besar.
Surat Edaran ini mengatur acara yang dihadiri secara fisik oleh lebih 1000 orang dalam waktu dan lokasi tertentu yang sama.
Baik dalam mau pun luar ruang.
Baca juga: Booster Vaksin Covid-19 Masih Efektif Mencegah Keparahan dan Angka Kematian
Dalam aturan tersebut, aturan ini berisikan pada anak usia 6-17 tahun diperbolehkan masuk dengan wajib vaksinasi Covid-19 untuk dosis kedua. Sedangkan usia 18 tahun ke atas diperbolehkan masuk dosis ketiga atau booster.
Namun anak usia di bawah enam tahun, dan penderita komorbid yang tidak dapat menerima vaksin dihimbau untuk tidak mengikuti kegiatan berskala besar. Demi keselamatan dan kesehatan masing-masing individu.
"Terlepas dari aturan yang ada, masyarakat perlu memahami bahwa vaksin booster semata-mata agar kita dan orang terdekat khususnya populasi berisiko lebih terlindungi dari penularan virus, termasuk kasus varian baru," pungkasnya.