Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Jangan Anggap Remeh PPKM Level 2, Situasi Masih Sangat Rawan'

Dicky menyampaikan darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional ini semestinya tidak boleh dipandang remeh.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 'Jangan Anggap Remeh PPKM Level 2, Situasi Masih Sangat Rawan'
WARTA KOTA/WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Warga memakai masker beraktivitas di Kawasan Jalan Kendal, Jakarta Pusat, Selasa (5/7/2022). Kasus Covid-19 di DKI Jakarta dilaporkan mengalami lonjakan akibat munculnya subvarian baru dari Omicron. Akibat penambahan kasus Covid-19 yang relatif tinggi tersebut, pemerintah kembali menaikan status PPKM DKI Jakarta ke level 2. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan pemberlakuan PPKM Level 2 menjadi pengingat masyarakat dan dunia usaha bahwa pandemi masih ada.

Ia mendukung langkah pemerintah mengetatkan kembali aktivitas masyarakat yang mulai lalai.

"PPKM Level 2 ini fungsinya sebagai payung strategi pengendalian Covid-19, perlu adanya penguatan," kata Dicky kepada Tribun Network, Selasa (5/7/2022).

Dicky menyampaikan darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional ini semestinya tidak boleh dipandang remeh.

Baca juga: Covid-19 Melonjak Lagi, Atur Ulang WFO, Vaksin Booster Wajib Untuk Pelaku Perjalanan

Dia sangat menyayangkan banyak masyarakat Indonesia yang mulai kembali berkerumun, makan beramai-ramai, dan termasuk melupakan masker sebagai proteksi.

"Yang tadinya mungkin 100 persen kapasitas makan harus dikurangi, jadi hal ini memang kita dituntut tidak boleh abai," katanya.

Menurut Dicky, pemerintah harus kembali membangun strategi komunikasi risiko kepada masyarakat bahwa situasi masih sangat rawan.

Berita Rekomendasi

Dia mengingatkan pentingnya kolaborasi setiap komponen untuk menjaga protokol kesehatan dan memeroleh dosis ketiga vaksinasi.

"Perlu kesadaran masyarakat apabila terindikasi positif untuk menjalani masa karantina bukan memaksakan diri masuk kantor," imbuhnya.

Pesan pentingnya, urai Dicky, perubahan perilaku harus terus dilakukan ke depan karena dunia tidak akan lebih baik tanpa penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Dicky mencermati kasus infeksi varian BA.4 dan BA.5 semakin meluas ke berbagai negara di dunia.

"Jadi infeksi ini berbeda dengan dengan kesakitan yang perlu dirawat di rumah sakit hingga kasus kematian," ucap dia.

Baca juga: Vaksin Booster Covid-19 Sudah Diterima 51 Juta Orang, Bakal Jadi Syarat Perjalanan dan Masuk Mal

Dia khawatir tanpa kesadaran perilaku masyarakat subvarian BA.2.75 Omicron yang merupakan mutasi dari BA 2 bisa membuat lonjakan lebih tinggi.

Dicky menerangkan kasus Subvarian BA.275 Omicron pertama ditemukan di India ini memiliki potensi penularan infeksi lebih tinggi dibandingkan varian Delta.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas