Pakar Epidemiologi Ungkap Indikator Terjadi Gelombang Covid-19, Dampaknya Berbeda di Setiap Daerah
Pakar Epidemiologi Dicky Budiman menyebut angka kematian merupakan indikator keparahan dampak satu pandemi.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Situasi yang menunjukkan terjadinya gelombang Covid-19 adalah ketika ada kenaikan kasus infeksi yang konsisten. Dan ini dilihat selama dua minggu.
Demikian diungkapkan oleh Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman.
"Ada kenaikan kasus, yang peningkatannya itu konsisten, bukan naik turun. Dalam dua minggu, pergerakan itu menunjukkan kita masuk dalam suatu gelombang," ungkapnya pada Tribunnews, Selasa (12/7/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Kemendagri Terbitkan Surat Edaran Percepatan Vaksinasi Booster
Di sisi lain, Dicky menyebutkan jika gelombang kasus Covid-19 pun memiliki perbedaan antar daerah. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan.
"Puncak di Jawa dianggap puncak di Indonesia, ya enggak bisa. Atau bahkan puncak Jakarta dianggap puncak Indonesia. Enggak bisalah," tegasnya.
Karena saat terjadi gelombang, dampaknya akan berbeda dan tidak menyerang satu daerah, misalnya pada aglomerasi saja.
Faktanya, Dicky menyebutkan jika setelah dua tahun ini, banyak yang tidak terdeteksi.
Bahkan di luar daerah aglomerasi, banyak berkontribusi.
Salah satu dampak yang tidak terdeteksi menurut Dicky adalah kasus kematian. Angka kematian merupakan indikator keparahan dampak satu pandemi.
"Dan itu terbukti dari estimasi oleh WHO. Yang saya bilang, di Indonesia, kasus dilaporkan itu 7 kali lipat lebih rendah dari pada yang diestimasi," tutupnya.