Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaleidoskop 2022: Sinyal Berakhirnya Pandemi Covid-19 di Indonesia Saat Kasus di China Melonjak

Sejak ditemukan pertama kali tanggal 2 Maret 2020, kasus baru virus corona atau Covid-19 di Indonesia mulai terkendali pada tahun 2022.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Kaleidoskop 2022: Sinyal Berakhirnya Pandemi Covid-19 di Indonesia Saat Kasus di China Melonjak
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ilustrasi suasana jalanan di Ibu Kota Jakarta saat PPKM pertama kali diberlakukan tahun 2020. 

Gelombang varian baru pun kembali menerpa Indonesia lewat Omicron.

Bahkan, kasus harian di Indonesia melebihi varian Delta yaitu mencapai 64 ribu kasus positif tiap harinya.

Namun, kata Jokowi, Indonesia tidak gagap dalam menghadapi varian Omicron yang masuk ke Indonesia pertama kali pada 27 November 2021.

"Untung saat itu kita masih tenang, tidak gugup, tidak gelagapan, sehingga situasi yang sangat sulit itu bisa dikelola dengan baik," pungkasnya.

Masih di atas 1.000 kasus per hari

Pemerintah merilis perkembangan kasus harian Covid-19 di Indonesia bertambah 1.123 kasus pada Rabu (21/12/2022) ini.

Kasus baru Covid-19 hari ini mengalami penurunan kasus dibandingkan pada Selasa (20/12/2022).

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, kasus baru bertambah 1.297 kasus pada Selasa, kemarin.

Sehingga, total kasus terkonfirmasi virus Corona berjumlah 6.712.826 kasus hingga Rabu (21/12/2022).

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, untuk kasus sembuh dari virus Corona di Indonesia bertambah 2.427 orang.

Total kasus sembuh dari Covid-19 mencapai 6.527.952 orang.

Sementara itu, untuk kasus kematian akibat Covid-19 bertambah 15 orang pada Rabu ini.

Artinya, kasus meninggal akibat Covid-19 hari ini meningkat dibandingkan pada Selasa (20/12/2022), di angka 27 orang.

Total kasus pasien yang meninggal akibat virus Corona pun mencapai 160.466 jiwa hingga Rabu (21/12/2022).

Untuk selengkapnya berikut daftar sebaran kasus positif Covid-19 di 34 provinsi pada Rabu (21/12/2022).

DKI Jakarta: 379

Jawa Barat: 237

Banten: 101

Jawa Timur: 90

Jawa Tengah: 68

Lampung: 33

Kalimantan Selatan: 26

DI Yogyakarta: 22

Kalimantan Barat: 20

Sumatera Utara: 16

Bangka Belitung: 16

Bali: 16

Nusa Tenggara Timur: 12

Sulawesi Tengah: 11

Kalimantan Tengah: 9

Sumatera Selatan: 8

Riau: 7

Kalimantan Timur: 7

Papua: 7

Jambi: 6

Sulawesi Selatan: 5

Nusa Tenggara Barat: 4

Papua Barat: 4

Aceh: 3

Sumatera Barat: 3

Sulawesi Utara: 3

Bengkulu: 2

Kepulauan Riau: 2

Kalimantan Utara: 2

Sulawesi Tenggara: 2

Gorontalo: 1

Sulawesi Barat: 1

Maluku: 0

Maluku Utara: 0

Sementara, ada juga pasien yang sembuh dari Covid-19 pada hari ini sebanyak 2.427 orang.

Sehingga total pasien yang sembuh dari virus corona sejak awal pandemi 2 Maret 2020 menjadi 6.527.952 orang.

Di sisi lain, masih ada orang yang meninggal dunia akibat virus corona sejumlah 15 korban.

Tambahan ini membuat total kematian akibat Covid-19 sejak awal pandemi menjadi 160.466 orang.

WHO sebut lonjakan kasus di China bisa picu pandemi global lagi

Sejumlah ilmuwan dan penasihat terkemuka Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, terlalu dini untuk menyatakan akhir pandemi Covid-19.

Hal ini terjadi saat pemerintah Indonesia siap melonggarkan PPKM.

Pasalnya ada potensi di China mengalami gelombang infeksi Covid-19 yang besar.

Hal ini terjadi karena, China membatalkan kebijakan nol-Covid minggu lalu pasca lonjakan infeksi dan protes publik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pasien duduk di dalam klinik demam di tengah pandemi Covid-19 di Beijing pada 12 Desember 2022. (Photo by AFP) / China OUT
Pasien duduk di dalam klinik demam di tengah pandemi Covid-19 di Beijing pada 12 Desember 2022. (Photo by AFP) / China OUT (AFP/STR)

Melansir Guardian, China akan menghadapi lebih dari satu juta kematian pada tahun 2023 setelah perubahan arah yang tiba-tiba. 

Pendekatan nol-Covid di China membuat infeksi dan kematian relatif rendah di China. Namun tidak dengan pandemi secara gambaran global.

"Jelas bahwa kita berada dalam fase  pandemi yang sangat berbeda, tetapi dalam pikiran saya, gelombang yang tertunda di China adalah kartu liar," kata Ahli virologi Belanda Marion Koopmans yang duduk di komite WHO yang memberi nasihat tentang status darurat Covid-19.

Sebelumnya, pada bulan September, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan akhir pandemi ada di depan mata.

Namun pekan lalu, dia mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa keadaan darurat ini akan berakhir pada tahun 2023.

Sebagian besar negara menghapus pembatasan Covid karena ancaman varian baru virus yang berbahaya di tahun kedua pandemi yaitu 2022. 

Komentar Tedros sebelumnya memicu harapan bahwa badan PBB tersebut dapat segera menghapus penetapan tingkat kewaspadaan tertinggi untuk Covid, yang telah berlaku sejak Januari 2020. 

Koopmans dan anggota komite penasehat WHO lainnya akan membuat rekomendasi mereka pada tingkat kewaspadaan pada akhir Januari. 

Diketahui pada hari Selasa, kota-kota di seluruh China telah memasang tempat tidur rumah sakit dan membangun klinik pemeriksaan demam.

Lantaran pihak berwenang melaporkan ada lima kematian.

Selain risiko bagi China, beberapa tokoh kesehatan global telah memperingatkan bahwa membiarkan virus menyebar di dalam negeri juga dapat memberikan peluang untuk bermutasi, yang berpotensi menciptakan varian baru yang berbahaya.

Saat ini, data dari China yang dibagikan dengan WHO dan database virus GISAID menunjukkan varian yang beredar di sana adalah Omicron yang dominan secara global dan turunannya, meskipun gambarannya tidak lengkap karena kurangnya data lengkap. 

“Intinya adalah, tidak jelas bahwa gelombang di China didorong oleh varian, atau apakah itu hanya menunjukkan kerusakan penahanan,” kata Tom Peacock, ahli virologi di Imperial College London.

Amerika Serikat pada hari Selasa mengindikasikan siap membantu China dengan wabahnya yang melonjak, memperingatkan bahwa penyebaran yang tidak terkendali di sana mungkin berimplikasi pada ekonomi global.

“Kami siap untuk terus mendukung negara-negara di seluruh dunia, termasuk China, dalam hal ini dan dukungan kesehatan terkait Covid lainnya,” kata juru bicara departemen luar negeri Ned Price. 

“Bagi kami ini bukan tentang politik, ini bukan tentang geopolitik. Kami telah berkali-kali menyatakan secara terbuka bahwa kami adalah donor terbesar vaksin Covid-19 di seluruh dunia," sambung dia. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas