Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lonjakan Covid-19 di China Hantam Perekonomian hingga Mengakibatkan Produksi di Pabrik Terganggu

Penjualan ritel mengalami kontraksi pada November karena penguncian atau lockdown yang meluas dan tingkat pengangguran melonjak ke level tertinggi

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Lonjakan Covid-19 di China Hantam Perekonomian hingga Mengakibatkan Produksi di Pabrik Terganggu
AFP/YUXUAN ZHANG
Orang-orang mengantre di luar klinik demam di tengah pandemi Covid-19 di Beijing pada 14 Desember 2022. Perekonomian China berada di bawah tekanan akibat gelombang kasus Covid-19 yang melanda seluruh Negeri Tirai Bambu. (Photo by Yuxuan ZHANG / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Perekonomian China berada di bawah tekanan akibat gelombang kasus Covid-19 yang melanda seluruh Negeri Tirai Bambu.

Sejak ekonomi terbesar kedua di dunia itu melonggarkan kebijakan nol-Covid awal bulan ini, belum ada data yang jelas mengenai sejauh mana penyebaran virus corona di tingkat nasional.

Namun, beberapa kota dan provinsi di China mengatakan mereka melihat puluhan ribu kasus Covid-19 baru per hari.

Penyebaran virus corona yang cepat telah mendorong banyak orang untuk tetap di dalam rumah serta mengosongkan toko dan restoran. Pabrik dan perusahaan juga terpaksa tutup atau memangkas produksi karena semakin banyak pekerja yang jatuh sakit.

Baca juga: Pemerintah China Mulai Distribusikan Obat Antivirus Pfizer untuk Menekan Kasus Covid-19

"Jumlah orang di jalanan telah menurun tajam dari tingkat yang sudah tenang di seluruh negeri. Itu akan mempengaruhi permintaan,” kata analis dari perusahaan ekonomi Capital Economics, yang dikutip dari CNN.  

Perekonomian China sudah berjuang ketika negara itu melonggarkan kebijakan nol-Covid yang ketat.

Penjualan ritel mengalami kontraksi pada November karena penguncian atau lockdown yang meluas dan tingkat pengangguran melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan di tahun ini.

Berita Rekomendasi

Pemerintah China baru-baru ini mengisyaratkan mereka akan mengalihkan fokus kembali ke pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan, dan bertaruh pada pelonggaran pembatasan pandemi untuk mengangkat perekonomian.

Namun, data ekonomi terlihat tidak menjanjikan.

Baca juga: Efek Pelonggaran Nol-Covid, Pemesanan Tiket Kereta Api di China Melonjak 220 Persen

Penjualan mobil dan rumah di China merosot dalam beberapa minggu pertama pada bulan ini. Produsen mobil menjual 946.000 kendaraan dari 1 Desember hingga 18 Desember, turun 15 persen dari periode yang sama pada tahun lalu, menurut data terbaru dari Asosiasi Mobil Penumpang China.

Pada pekan lalu, penjualan rumah berdasarkan luas lantai anjlok 44 persen di 30 kota terbesar di China, menurut penyedia data keuangan China, Wind. Di kota tingkat satu seperti Beijing dan Shanghai, penjualan rumah anjlok 53 persen pada minggu lalu.

Pergerakan masyarakat di China juga merosot tajam.

Sejak pertengahan bulan ini, jumlah perjalanan kereta bawah tanah turun sekitar 60 persen di kota-kota besar di China dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, menurut data Wind.

Secara nasional, volume kargo truk dan pesanan pengiriman menyusut dalam seminggu terakhir, berdasarkan data dari kementerian perhubungan dan regulator layanan pos China.

Baca juga: Komisi Kesehatan China Hentikan Pengumuman Angka Harian Kasus Covid-19

Pabrik-pabrik juga mengurangi produksi. Industri utama seperti semen dan serat kimia melaporkan tingkat utilisasi yang lebih rendah dari kapasitas produksi yang ada.

Produsen kendaraan listrik terbesar di negara itu, Build Your Dreams (BYD), mengatakan harus memangkas produksi 2.000 hingga 3.000 kendaraan per hari karena lebih banyak karyawan yang tidak dapat bekerja.

“Wabah Covid sangat berdampak pada produksi kami. 20 persen hingga 30% karyawan kami sakit di rumah,” kata Lian Yubo, wakil presiden BYD, pada pekan lalu di sebuah forum di Shenzhen, China.

Lian menambahkan, produksi bulanan perusahaan kemungkinan tidak mencapai target sebesar 20.000 hingga 30.000 kendaraan untuk bulan ini.

Banyak pabrik terpaksa tutup selama berminggu-minggu karena pekerja yang sakit dan kurangnya permintaan, menurut laporan media China.

Media berita yang berbasis di Beijing, Caixin, melaporkan pada hari ini, Senin (26/12/2022) beberapa pabrik furnitur di provinsi Jiangsu telah memberi tahu karyawannya untuk berlibur lebih awal dan lebih lama untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Sebagai informasi, Liburan Tahun Baru Imlek di China jatuh antara 21 Januari dan 27 Januari tahun ini.

Sebanyak 60 persen perusahaan tekstil di provinsi Guangdong, Zhejiang, dan Shandong, yang merupakan pusat manufaktur utama di negara itu, telah mengumumkan akan menangguhkan produksi dan libur panjang selama dua bulan, menurut Securities Daily, sebuah surat kabar yang dijalankan oleh Grup Pers Harian Henan milik negara China.

Baca juga: India akan Ekspor Obat Demam ke China Imbas Tingginya Permintaan

Beberapa minggu ke depan, kemungkinan akan menjadi "yang paling berbahaya" untuk pertempuran China dengan Covid-19, kata para analis di Capital Economics.

“Dengan migrasi ke daerah pedesaan menjelang Tahun Baru Imlek, bagian mana pun dari negara yang saat ini tidak berada dalam gelombang Covid besar kemungkinan besar akan segera terjadi. Itu akan semakin menekan output,” ujar para analis.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas