CDC AS Pertimbangkan Uji Sampel Air Limbah Pesawat untuk Lacak Varian Baru Covid-19
Pembatasan perjalanan, seperti pengujian Covid-19, sejauh ini gagal untuk mengurangi penyebaran virus corona secara signifikan
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, CHICAGO - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sedang mempertimbangkan pengambilan sampel air limbah dari pesawat internasional untuk melacak varian baru virus corona yang muncul menyusul lonjakan kasus Covid-19 di China.
Dikutip dari Reuters, kebijakan semacam itu akan menawarkan solusi yang lebih baik untuk melacak virus dan memperlambat masuknya virus ke AS daripada pembatasan perjalanan baru yang diumumkan minggu ini oleh AS dan negara-negara lain, yang mewajibkan tes Covid-19 untuk pelancong dari China, kata tiga pakar penyakit menular.
Pembatasan perjalanan, seperti pengujian Covid-19, sejauh ini gagal untuk mengurangi penyebaran virus corona secara signifikan, kata pakar penyakit menular di University of Minnesota, Dr. Michael Osterholm.
Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 di China Diperkirakan Mencapai 9.000 Orang per Hari
"Mereka tampaknya penting dari sudut pandang politik. Saya pikir setiap pemerintah merasa mereka akan dituduh tidak berbuat cukup untuk melindungi warganya jika mereka tidak melakukannya," ujarnya.
Pada pekan ini, Amerika Serikat juga memperluas program pengurutan genom sukarela di bandara, menambahkan Seattle dan Los Angeles ke dalam program tersebut.
Langkah itu membuat jumlah total bandara yang mengumpulkan informasi dari hasil tes Covid-19 yang positif menjadi tujuh bandara.
Namun, para ahli mengatakan langkah seperti itu mungkin tidak memberikan ukuran sampel yang berarti.
Solusi yang lebih baik adalah menguji air limbah dari maskapai penerbangan, yang akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai bagaimana virus bermutasi, mengingat kurangnya transparansi data di China, kata pakar genomik dan direktur Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California, Dr Eric Topol.
Mendapatkan air limbah pesawat dari China akan menjadi taktik yang sangat bagus, kata Topol, seraya menambahkan penting bagi AS untuk meningkatkan strategi pengawasannya "karena China sangat tidak mau membagikan data genomiknya.
Sementara itu, China mengatakan kritik terhadap data Covid-19 nya tidak berdasar, negara itu juga membantah telah meremehkan varian baru virus corona. China juga mengatakan pihaknya memperkirakan mutasi lebih menular tetapi tidak terlalu parah.
Namun, keraguan atas data resmi China telah mendorong banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Italia, dan Jepang, memberlakukan aturan pengujian baru pada pengunjung China saat Beijing mencabut kontrol perjalanannya.
Baca juga: Gelombang Penularan Covid-19 Meledak di China, Angka Kematian Tembus 9.000 Per Hari
Analisis air limbah pesawat merupakan beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan CDC untuk membantu memperlambat masuknya varian baru ke AS dari negara lain, kata juru bicara CDC Kristen Nordlund.
CDC bergulat dengan kurangnya transparansi mengenai data Covid-19 di China setelah negara berpenduduk 1,4 miliar orang itu tiba-tiba mencabut penguncian atau lockdown yang ketat dan kebijakan pengujian COVID-19, yang dapat mendorong penyebaran virus ke penduduk yang kurang divaksinasi.
“Pengawasan air limbah Covid-19 sebelumnya telah terbukti menjadi alat yang berharga dan pengawasan air limbah pesawat berpotensi menjadi pilihan,” ujar Nordlund.