WHO: Subvarian Omicron XBB.1.5 adalah Varian Covid-19 yang Paling Menular Sejauh Ini
WHO menyebut subvarian omicron XBB.1.5 adalah yang paling menular sejauh ini, tapi bukan berarti lebih dapat membuat orang sakit parah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
Para ilmuwan mengatakan XBB.1.5 sama bagusnya dalam menghindari antibodi dari vaksin dan infeksi seperti kerabat XBB dan XBB.1, yang merupakan dua subvarian pengelak yang paling kebal.
Tapi XBB.1.5 memiliki mutasi yang membuatnya mengikat lebih erat ke sel, yang memberinya keunggulan pertumbuhan.
Saat XBB.1.5 menyebar dengan cepat di AS, China sedang berjuang melawan lonjakan kasus dan rawat inap.
China baru saja mengabaikan kebijakan nol-Covid sebagai tanggapan atas aksi demonstrasi akhir tahun lalu.
Pejabat kesehatan AS dan global mengatakan Beijing tidak membagikan cukup data tentang lonjakan kasus tersebut kepada komunitas internasional.
“Kami terus meminta China untuk memberikan data reguler yang lebih cepat dan dapat diandalkan tentang rawat inap dan kematian serta pengurutan virus real-time yang lebih komprehensif,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, Rabu.
Semakin banyak negara, termasuk AS, mewajibkan penumpang maskapai penerbangan dari China untuk dites negatif Covid sebelum keberangkatan.
Kementerian luar negeri China mengatakan tindakan seperti itu tidak memiliki dasar ilmiah dan mereka menuduh pemerintah memanipulasi Covid untuk tujuan politik.
Tetapi direktur jenderal WHO mengatakan persyaratan itu dapat dimaklumi mengingat terbatasnya data yang keluar dari China.
“Dengan sirkulasi di China yang begitu tinggi dan data yang komprehensif tidak tersedia, dapat dimengerti bahwa beberapa negara mengambil langkah yang mereka yakini akan melindungi warganya sendiri,” kata Tedros.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Beijing berbagi data pada hari Selasa dengan WHO yang menunjukkan sublineage BA.5, BA.5.2 dan BF.7, menyumbang sekitar 98 persen dari semua infeksi di negara tersebut.
Tetapi Van Kerkhove mengatakan China tidak membagikan cukup data pengurutan dari seluruh negara yang luas.
“Ini bukan sekadar mengetahui varian apa yang beredar,” kata Van Kerkhove.
“Kami membutuhkan komunitas global untuk menilai ini, untuk melihat mutasi demi mutasi untuk menentukan apakah ada varian baru yang beredar di China tetapi juga di seluruh dunia.”
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.