Penanganan ‘Stunting’ di Kota Bogor Bisa Menjadi Percontohan
Anggota Komisi IX DPR Suir Syam menilai program penanganan stunting yang dilakukan oleh jajaran Pemerintah Kota Bogor sudah berjalan cukup baik.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi IX DPR Suir Syam menilai program penanganan stunting yang dilakukan oleh jajaran Pemerintah Kota Bogor sudah berjalan cukup baik. Beberapa program di antaranya kunjungan rumah oleh nutrisionis, kunjungan rumah untuk memantau balita, hingga penyuluhan calon pengantin di KUA.
Menurutnya, hal ini menunjukan keseriusan Pemkot Bogor dan keterlibatan seluruh stakeholder hingga mampu menurunkan angka stunting yang sebelumnya pada 2020 berada di 10,68 persen lalu turun menjadi 7,44 persen (per Agustus 2021).
“Sudah baik penanganan stunting, semuanya sudah terlibat kemudian juga ada peraturan wali kotanya. Mudah mudahan ini bisa dicontoh oleh daerah-daerah lain. Ternyata berhasil kurang 10 persen angka stunting di Kota Bogor ini,” terang Suir Syam usai memimpin pertemuan Komisi IX DPR RI dengan Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim beserta jajarannya, serta perwakilan Kementerian Kesehatan, BKKBN RI, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pelaksanaan program percepatan penanganan stunting di Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/11/2021).
Anggota F-Gerindra DPR RI ini berpendapat, untuk mengurangi angka stunting yang masih ada sekitar 5000-an kasus di Kota Bogor, salah satunya melalui program yang mampu meningkatkan persiapan calon ibu dengan memberikan pemahaman pengasuhan anak agar terlindungi dari ancaman stunting.
Sosialisasi ini, lanjut Suir Syam, tidak hanya diperuntukan bagi para ibu saja, tetapi juga untuk bapak atau suami agar terimplementasi dengan baik melalui peranan dari kedua orang tua.
“Jadi sebelum orang menikah, generasi muda ini harus diberi pemahaman bagaimana supaya anak ini tidak stunting dan apa yang harus dilakukan nanti kalau dia sudah menikah, kemudian setelah dia hamil perlu sosialisasi kepada calon ibu dan bapaknya. Supaya suaminya memberi keleluasaan pada istrinya untuk istirahat dan sebagainya,” ujar legislator dapil Sumatera Barat I ini.
Pihaknya pun mencontohkan salah satu penyebab stunting adalah akibat dari perkawinan dini. Dari hasil kunjungan, terungkap bahwa Kota Bogor masih memiliki tantangan untuk mengendalikan perkawinan dini dikarenakan masih ada pemahaman jika menikah muda dapat mencegah dan melindungi diri dari perzinaan.
Pemahaman ini pun diketahui berkembang di beberapa pesantren di Bogor. Karenanya, ia meminta keterlibatan pemuka agama dalam menyosialisasikan dampak perkawinan dini terhadap kesehatan fisik dan mental.
“Makanya harus dibawa, diikutsertakan pemuka-pemuka agama untuk jangan terjadi perkawinan dini ini karena perkawinan dini ini, pertama belum siap secara ekonomi, lalu calon ayah dan ibu belum siap sebenarnya untuk mengandung dan melahirkan anak karena umurnya masih di bawah, jadi pemberian pemahamannya ini yang perlu kita lakukan bersama sama,” tegas Suir Syam.
Suir Syam pun menegaskan bahwa penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir dengan melibatkan peran seluruh sektor. Ia berharap agar kasus stunting yang sudah ada dapat segera diintervensi, sehingga jumlah kasus dapat segera turun. Selain itu, penguatan pada program pencegahan stunting juga diperlukan agar kasus stunting semakin terkendali. (*)