18 Ton Obat-obatan Dikirim ke Arab Saudi untuk Jemaah Haji Indonesia, Ada Oralit dan Tisu Basah
Kementerian Kesehatan RI mengirimkan lebih dari 18 ton obat-obatan dan perbekalan kesehatan ke Arab Saudi.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan RI mengirimkan lebih dari 18 ton obat-obatan dan perbekalan kesehatan ke Arab Saudi.
Semuanya itu dikirim guna kepentingan dankeperluan jemaah haji selama berada di Tanah Suci.
Rinciannya, terdiri dari 173 item obat-obatan dan 45 item perbekalan kesehatan.
Baca juga: Deretan Fasilitas Kesehatan yang Disiapkan untuk Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi
"Total beratnya mencapai 18 ton. Saat ini berada di pihak imigrasi Jeddah untuk dilakukan
clearance oleh otoritas setempat," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana,
MARS, Kamis(2/6/2022).
Selain itu, didistribusikan pula 100.000 paket tas kepada jemaah yang berisi perlengkapan kesehatan, yakni masker kain, masker medis, oralit, botol semprot, plester, tisu basah, kantung kencing dan juga hand sanitizer.
"Semua jemaah nanti akan mendapatkan ini sebagai untuk melengkapi kebutuhan mereka selama di Arab Saudi," kata Sylvana.
Diketahui Arab Saudi tahun ini memberikan kuota haji Indonesia sebesar 100.051 orang. Kuota ini terdiri atas 92.825 haji regular dan 7.226 haji khusus.
Baca juga: Tukang Sayur Wujudkan Mimpi Naik Haji Bareng Istri, Nabung 14 Tahun Setiap Hari Sisihkan Rp 100 Ribu
Dari jumlah itu, ia menyebut masih didominasi jemaah lansia dan jemaah mempunyai risiko tinggi atau Risti.
Ada total 35,81 persen jemaah haji memiliki risiko tinggi.
"Ada kurang lebih 25.481 orang ini yang memiliki risiko tinggi dengan komorbid. Jadi mengingat kondisi jemaah
yang banyak yang didominasi oleh lansia dan risti (jemaah dengan komorbid penyakit
jantung, hipertensi, dll),"ujarnya.
Kirim Nakes
Selain obat-obatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menurunkan 776 Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan ke Arab Saudi. Sylvana menyebut meski dari segi jumlah PPIH berkurang dari tahun-tahun sebelumnya, namun petugas kesehatan yang diturunkan lebih beragam.
"Memang dari quantity ada pengurangan jumlah. Namun dari sisi jenisnya ada penambahan. Jadi saat ini ada 12 jenis spesialisasi yang kita turunkan," kata dia.
Baca juga: 12 Spesialis Bidang Medis Kawal Kesehatan Jemaah Haji Indonesia Tahun Ini
Rincian tenaga kesehatan spesialis yang dikirim di antaranya dokter spesialis penyakit
dalam, spesialis paru, spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah, spesialis saraf.
Juga ada spesialis orthopedi, spesialis bedah umum, spesialis dokter jiwa atau psikiater,
spesialisasi rahap medik, spesialis rekam medik, spesialis emergency medis, spesialis
kedokteran penerbangan dan terakhir adalah spesialis mikrobiologi klinik.
"Spesialis mikrobiologi klinik ini akan kita minta tolong tenaganya untuk mengendalikan pencegahan dan pengendalian infeksi selama di Arab Saudi, khususnya di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah karena saat ini, pelaksanaan Haji dalam musim pandemi, sehingga segala bentuk lapangan antisipatif harus kita lakukan,"kata
Sylvana.
Sylvana menyatakan, saat ini sudah ada tim advance dan beberapa dokter ahli yang sudah ditugaskan untuk melakukan persiapan baik KKHI Jeddah maupun Madinah.
Tes PCR
Budi Sylvana juga mengatakan, otoritas Arab Saudi memperbarui syarat masuk jemaah
haji ke Tanah Suci. Ia menyebut, pihak Arab Saudi memberi perpanjangan masa
berlaku hasil tes PCR.
Sebelumnya berlaku hanya 48 jam, kini menjadi 72 jam.
"Dua hari yang lalu mengatakan 48 jam sebelum masuk sebelum keberangkatan sudah
harus ada hasil PCR. Tapi ternyata diperbaiki lagi. Alhamdulillah syarat memasuki
Saudi adalah 72 jam sebelum keberangkatan," kata dia.
Dengan adanya perubahan syarat tersebut, ia meminta jemaah haji mematuhi betul
aturan terkait hasil PCR ini.
"Jadi mungkin perlu diinfokan juga kepada jemaah dan juga
seluruh petugas yang ada di lapangan bahwa bahwa hasil PCR itu harus sudah keluar
72 jam sebelum jemaah berangkat," sambungnya.
Jika tes PCR dilakukan lebih dari 72 jam, maka ia menegaskan, jemaah haji tidak dapat
diberangkatkan.
"Nanti hasil pemeriksaan itu keluarnya lebih dari itu?. Jadi tidak bisa
berangkat. Jadi jemaah yang yang hasil PCRnya belum keluar dari 72 jam itu mungkin
tidak diberangkatkan," tegas dia.
Selain syarat mengenai hasil tes PCR, otoritas Arab Saudi juga mensyaratkan jemaah
haji untuk melakukan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap dan vaksin meningitis.
Sylvana juga menyebut 95,7 persen jemaah haji Indonesia siap diberangkatkan ke Tanah Suci.
"Artinya 95 persen jemaah ini sementara sudah bisa dikatakan siap untuk
diberangkatkan. Selebihnya masih terus melakukan pemeriksaan kesehatan," kata dia.
Hingga saat ini ia mengatakan, sebanyak 95 persen jemaah haji Indonesia telah
memenuhi syarat vaksinasi Covid-19 dosis lengkap serta 95,7 persen jemaah juga telah
melakukan vaskin Meningitis.
"Ini sudah cukup banyak, namun jika pada saatnya nanti ada jemaah yang belum memenuhi persyaratan ini kemudian memang tidak bisa diberangkatkan,"imbuh Budi.
Pihaknya pun berharap para jemaah haji yang akan berangkat untuk bisa memenuhi
persyaratan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap maupun meningitis.
"Karena ini sifatnya mandatory, kita masih punya waktu 1 bulan tersisa ya karena kita ketahui
pemberangkatan jemaah haji pada 4 Juni yang kloter pertama dan yang terakhir
tanggal 3 Juli. Jadi kita masih punya satu bulan untuk menyelesaikan itu,"
pesannya.(Tribun Network/rin/wly)