Adu Tangis hingga Pelukan Romantis Dani dan Rusnayah, Jemaah Haji Lampung Usai Terpisah 4 Hari
Dengan mata basah, Rusnayah kemudian mencium tangan lalu pipi Dani. Mereka saling peluk sesaat, lalu sama-sama meneteskan air mata
Penulis: Anita K Wardhani
Editor: Sanusi
Menyisihkan pendapatannya demi bisa berangkat bareng dengan istri.
Raut muka gembira sekaligus haru terpancar dari wajahnya saat pertama kali melihat Ka'bah. Dipandu petugas haji dari layanan bimbingan ibadah, Dani mantap melangkah untuk menuaikan Thawaf.
Tiga putaran pertama ia jalani dengan khusyu. Dani marapal doa-doa sepanjang lingkaran Mataf atau tempat Thawaf.
Namun, pada putaran keempat ia terlihat mulai gusar. Tapi lagi-lagi ia tak mau bercerita. Dani memilih fokus merampungkan putaran yang tersisa.
Usai rehat sejenak, Dani dan rombongan lain bergegas menuju, Mas'a atau tempat Sa'i.
Namun, pegal mulai menghinggapi kaki tuanya. Dani memilih Sa'i dengan layanan kursi roda. Tujuh kali ia mondar mandir di dari bukit Shafa ke bukit Marwah. Setelahnya ia tunaikan salat dzuhur. Usai salat, raut muka gelisah tak bisa lagi ia sembunyikan. Beberapa kali ia mencoba menelepon kerabatnya namun tak satupun tersambung.
Ia kemudian menyerah, meminta bantuan kepada petugas haji yang mendampinginya.
''Carikan nomor Wahyudi, orang KBIH. Saya ingin telepon istri saya. Istri saya tak bawa HP,'' ujarnya sambil memberikan ponsel miliknya kepada petugas. ''Atau ini anak saya, Citra. HP saya tak bisa buat telepon,'' imbuhnya.
Melalui ponsel petugas haji, Dani pun mengabarkan kepada sang anak bahwa ia sudah selesai melakukan umrah wajib.
Tapi Dani belum lega. Ia kembali meminta petugas untuk menghubungkannya dengan Wayudi.
Baca juga: Jemaah Lansia Sebaiknya Manfaatkan Rukhsah Saat Ibadah Haji
Dari Wahyudi inilah petugas mendapat nomor telepon Surpiyatno, jemaah lain yang sedang bersama Rusnayah.
Di sinilah baru terlihat Dani ternyata sangat gusar, rasa rindunya benar-benar tak bisa ditutupi.
Tangisnya langsung pecah saat pertama mendengar suara sang istri. Ia tersedu sambil menyeka air mata menggunakan kain ihram.
Suaranya tercekat saat mengabarkan kepada Rusnayah tentang kondisinya. Ia lalu balik bertanya tentang kabar sang istri. Percakapan mereka tak lama, tapi cukup membuat haru.
Sembari mengelap sisa air mata, Dani lalu bercerita tentang betapa Rusnayah adalah sosok perempuan yang begitu ia cintai. Kesan gagah sebelum berangkat umrah, runtuh di bukit Shafa.
Baca juga: Kemenag Luncurkan Aplikasi Kawal Haji, Ini Manfaatnya Bagi Jemaah dan Petugas Haji
Dani lalu bercerita tentang awal mula pertemuannya dengan Rusnayah. Mereka pertama bersua dalam sebuah kesempatan di tahun 1983.
Kala itu, Dani baru saja diterima sebagai salah satu petugas Satpol PP di Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung Utara. Sementara Rusnayah adalah guru di tempat yang sama.
Cinta mereka sederhana. Hanya butuh dua tahun bagi Dani meminang gadis pujaan hatinya itu.
Kini, setelah 39 tahun membina rumah tangga, Dani sampai pada satu titik kesimpulan.
''Kalau sudah pensiun itu kaya orang gak berguna. Apa-apa sekarang semua demi istri. Jadi makin sayang sama istri kalau sudah pensiun gini. Kamu nanti akan merasakan sendiri," ujarnya, memberi pesan.